SOLOPOS.COM - Kondisi situs Kedaton Ngurawan saat ini hanya dikelola oleh warga sekitar dan dibantu BPCB Minggu (22/5/2022). (Ronaa Nisa’us Sholikhah/Solopos.com)

Solopos.com, MADIUN — Situs Ngurawan yang ada di Desa/Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, sampai saat ini belum mendapatkan perhatian serius dari Pemkab Madiun. Perawatan rumah yang menyimpan berbagai benda cagar budaya di situs tersebut pun masih mengandalkan kantong pribadi warga.

Padahal situs tersebut telah diekskavasi oleh Balai Arkeologi Yogyakarta sejak 2016. Namun, hingga kini pemerintah setempat belum ada perhatian.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemilik rumah yang menyimpan benda cagar budaya (BCB) Situs Ngurawan, Gatot, mengatakan rumah penyimpanan BCB kini kondisinya sangat memperihatinkan. Bahkan atap rumah penyimpanan tersebut bocor.

Dia menceritakan selama ini kebutuhan operasional rumah penyimpanan BCB Situs Ngurawan menggunakan dana pribadi. Sebulan rata-rata membutuhan biaya Rp200.000. Uang tersebut untuk kebutuhan listrik dan perawatan rumah.

Baca Juga: Mantap! Pemkot Madiun Bangun Pondok Lansia, 2023 Sudah Bisa Ditempati

‘’Kebutuhan yang paling besar itu listrik dan perawatan rumah. Kalau untuk tempat penggalian butuh obat-obatan untuk menyemprot rumputnya. Terkadang kalau saya tidak bisa membersihkan sendiri, saya suruh orang untuk membantu,’’ katanya saat ditemui di Situs Ngurawan, Minggu (22/5/2022).

Biaya perawatan rutin itu diluar perbaikan rumah. Gatot mengatakan pernah mengusulkan ke pihak desa, tetapi hingga kini belum juga ada jawaban. Sebab, pihak desa merasa tidak memiliki kewajiban karena tempatnya belum dihibahkan ke pemerintah desa. Maka, dia harus menelan ludah dan sebisa mungkin memperbaikinya sendiri.

‘’Kalau sedikit-sedikit ya percuma, tempat ini harus direhab total karena sudah tidak layak lagi. Kalau memang ingin dibuat museum,’’ ungkapnya.

Baca Juga: Kreatif! Kakek-Kakek di Madiun Ini Ubah Limbah Kayu Jadi Miniatur Truk

Untuk perawatan rutin, setiap pagi Gatot selalu menyapu dan membersihkan rak tempat penyimpanan BCB. Namun, untuk menjaga kondisi BCB, dibersihkan sesekali saja. Sebab, jika sering digosok akan merusak benda itu sendiri.

‘’Seharusnya ada obat untuk menjaga kondisi BCB, tapi saya tidak ada biaya. Saya tidak digaji tapi malah harus mengeluarkan uang,’’ kata Gatot.

Sementara itu, Muhammad Masruri, Juru Pelihara (Jupel) Situs Kedaton Ngurawan setiap tahunnya selalu mengajukan proposal ke Pemkab Madiun agar kegiatan bersih dusun Ngurawan diakui. Harapannya bisa mengangkat situs Ngurawan menjadi destinasi wisata. Namun, sampai saat ini belum ada tanggapan.

Baca Juga: Waduh, 2 Ekor Sapi di Madiun Suspek PMK, Ada Luka di Mulut dan Kaki

‘’Seharusnya pemda itu hadir memberikan perhatian untuk menjadi jembatan dengan msayarakat luar,’’ ujarnya.

Masruri mengatakan memang dari dulu tidak ada perhatian dari Pemkab Madiun untuk para Jupel di Kabupaten Madiun. Sementara ini, dia mengaku selama ini digaji oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). Itu pun nilainya tidak besar.

Dia mengaku cukup kesulitan untuk merawat rumah tempat penyimpanan BCB. Sebab, kayunya sudah rapuh dan gentingnya bocor.

‘’Tempat penyimpanan ini butuh perhatian dari pemda setempat,’’ pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya