SOLOPOS.COM - Ilustrasi menyontek (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Ada banyak cerita tentang perilaku menyontek di kalangan mahasiswa, termasuk adanya kode-kode rahasia. Tidak sedikit para mahasiswa mengakui pernah menyontek saat ujian.

AA, 20, dan EE, 20, dua mahasiswa di perguruan tinggi di Jawa Timur ini mengaku sama-sama pernah menyontek di bangku kuliah. Mereka menyontek saat ujian mata kuliah yang diangggap tidak terlalu penting atau sulit.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

”Aku nyontek kalo pelajarannya gak terlalu penting, contohnya pas ujian Bahasa Jepang. Mungkin 1 semester 2 kali kalau Bahasa Jepang,” ujar AA kepada jeda.id, beberapa waktu lalu.

AA mengaku melihat jawaban temannya waktu ujian. Temannya pun tidak mempermasalahkan hal itu, lantaran semua teman kelasnya juga kesulitan. ”Lihat jawaban teman, malas lihat buku temanku juga enggak papa soalnya kan gak bisa semua, jadi mutual-an lah,” kata dia.

Jadi Mata-Mata Zaman Belanda, Mbah Min Si Bakul Dolanan di Solo Pengin Diakui sebagai Veteran

EE memiliki pengalaman berbeda dengan AA. EE mengakui menyontek sejak SMP hingga kuliah. Ketika SMP, EE menyontek lewat buku catatan miliknya.

Sedangkan saat kuliah, ia menanyakan jawaban pada temannya. Tidak hanya satu teman yang dimintai bantuan jawaban. Dia mencoba satu per satu teman di dekatnya untuk memberikan jawaban saat ujian.

”Teman yang duduk di samping, depan, belakang, sama serongku, tak cobain [ditanyai] satu-satu,” jelas dia.

Ketika ditanya tentang respons dosen pengawas saat ujian di kampus, keduanya menjawab jika perilaku mereka diketahui oleh pengawas. Namun, dosen pengawas tetap membiarkan mereka.

Dear Menteri Nadiem! Ini Curhatan Siswa dan Orang Tua di Madiun Selama PJJ Online

Meski begitu, EE mengaku nilai yang ia dapat dari hasil menyontek tidak selalu bagus. Bahkan ada kalanya nilai-nilai dari hasil menyontek hanya biasa-biasa saja, atau malah jelek.

EE menyebut niat awalnya tidak ingin menyontek, melainkan mengerjakan sendiri soal ujian. Namun, terkadang apa yang sudah dipelajari mendadak lupa. ”Enaknya ya bisa dapat nilai bagus. Tapi enggak enaknya ya ada tanggungan dosa,” selorohnya.

Beragam Modus

Cerita lain datang dari SM, 25, dan EA, keduanya mahasiswa di Jogja yang mengaku kerap melihat perilaku menyontek dari teman-teman kuliah mereka. Beragam modus dilakukan demi mendapat nilai bagus.

SM mengatakan ada beragam modus yang dilakukan seperti memasukkan jawaban ke tempat pensil hingga menyelipkan handout di balik cermin kamar mandi.

Modus lainnya adalah memberikan jawaban dengan berbisik serta memberikan kertas jawaban. EA menyebutkan modus lain yang kerap digunakan seperti kode tangan.

Jaga Paseduluran, Ratusan Pendekar Silat Apel Bareng Bupati Karanganyar di Alun-Alun

”Mereka nyontek setiap ujian tengah sama akhir semester. Caranya pakai kode tangan. Misalnya kalo “A” itu jarinya 1, kalo “B” jarinya 2, dan seterusnya,” jelas dia.

Penggunaan kode jari tangan dilakukan dengan sembunyi-sembunyi sehingga tidak ada yang pernah tertangkap basah oleh pengawas ujian. Jika menanyakan nomor soal, dilakukan dengan berbisik. Sebelum ujian dimulai, teman-teman EA sudah sepakat jika akan kerja sama.

Dikutip dari Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, menyontek adalah tindakan curang yang disengaja demi mendapat nilai bagus. Ada dua jenis yaitu menyontek dengan usaha sendiri dan dengan bantuan teman.

Menyontek dengan usaha sendiri dilakukan dengan membawa catatan kecil atau buku pelajaran. Sedangkan dengan bantuan teman dilakukan dengan bertanya langsung pada teman tau menggunakan kode tertentu.

Perilaku menyontek digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu memberi bahkan menerima informasi, membawa bahkan menggunakan materi atau catatan, serta memanfaatkan kelemahan seseorang untuk mendapat jawaban (Anderman E.M. dan Tamera B. M.).

4 Cara Jitu Menabung Biar Enggak Tekor

Faktor penyebab orang menyontek ialah tuntutan orang tua agar mendapat nilai bagus, malas belajar, takut gagal, pengawasan ujian tidak ketat, serta takut lupa jawaban. Sering melihat orang lain menyontek juga memengaruhi pelajar mudah meniru dan menerapkan perilaku ini.

Tingkat Kepercayaan Diri

Dilansir dari Jurnal LP3I Bandung, menjelaskan kebiasaan menyontek di kampus berkembang dalam beberapa dekade terakhir. Sayangnya dalam dunia perkuliahan, tingkat keberhasilan mahasiswa diukur dari penyelesaian tugas dan ujian, serta sertifikat yang didapat. Bukan kompetensi yang diutamakan (Kaufman: 2008).



Hasil penelitian terhadap mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) pada 2010, memperlihatkan faktor yang paling memengaruhi mahasiswa menyontek ialah tingkat kepercayaan diri.

Zonk! Manchester City Gagal Lagi, Perempat Final Liga Champions Momok Guardiola?

Menyontek memiliki dampak negatif, yaitu tidak mandiri atau ketergantungan, otak malas berpikir, dan prestasi belum tentu baik karena merupakan tindakan yang disengaja dengan cara curang demi mendapat nilai bagus.

Dikutip dari Pencegahan Perilaku Mencontek Sejak Dini, solusi agar pelajar tidak menyontek adalah dengan pemberian tes secara lisan. Selain itu dukungan dari orang terdekat, seperti orang tua, keluarga, dan guru sangat diperlukan.

Orang tua memahami kompetensi dan kemampuan anak, sehingga tidak terlalu memaksa anak mendapat nilai bagus. Tidak disarankan untuk menerapkan sistem kebut semalam (SKS), meningkatkan kepercayaan diri pelajar, serta mendisiplinkan diri dengan tidak menunda belajar atau mengerjakan tugas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya