SOLOPOS.COM - Ilustrasi gunungan dalam Grebeg Maulud sebagai puncak acara Sekaten di Keraton Solo. (Dok Solopos)

Solopos.com, SOLO — Puncak perayaan Sekaten di Keraton Solo adalah Grebeg Maulud yakni kirab gunungan dari Keraton ke Masjid Agung Solo. Ada dua gunungan yang diarak para abdi dalem yakni gunungan jaler (laki-laki) dan gunungan estri (perempuan).

Dua gunungan tersebut selanjutnya didoakan dan dibawa kembali ke halaman Masjid Agung untuk diperebutkan oleh masyarakat. Sebagian masyarakat percaya gunungan itu membawa berkah dan rezeki.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dua gunungan yang dibawa saat Grebeg Maulud bukanlah sembarang gunungan. Ada simbol-simbol yang mengandung makna mendalam serta ajaran di mana kedua gunungan tersebut menyimbolkan harmonisasi dalam hidup.

Menurut Dosen Sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Tundjung Wahadi Sutirto, dua gunungan dalam puncak Sekaten memiliki makna yang berbeda baik secara isi maupun bentuk.

“Dalam Grebeg Sekaten, tumpeng dibuat besar dan tinggi oleh keraton sebagai bentuk sedekah raja kepada kawulanya agar mencukupi. Secara filosofi ada gunungan jaler [kakung] dan gunungan estri [perempuan],” ujarnya kepada Solopos.com, Sabtu (10/9/2022).

Baca Juga: Pasar Malam Sekaten Solo: Dulu Khusus Celengan-Kinang, Kini Diler Mobil pun Ada

Isi gunungan jaler berbeda dengan isi gunungan estri. Begitu juga dengan maknya. Gunungan jaler melambangkan umur panjang, kesejahteraan, dan kebulatan tekad.

Hal itu disimbolkan dengan adanya rangkaian telur, kacang panjang, cabai merah, cabai hijau, dan kucur. Telur sebagai simbol awal kehidupan. Di samping itu telur memiliki makna kebulatan tekad.

Kerucut Terbalik

Kemudian, kacang panjang memiliki makna atau doa supaya memiliki umur yang panjang. “Lalu cabai merah dengan warna merah dan rasanya pedas bisa disimbolkan kekuatan dan keberanian,” jelasnya.

Baca Juga: Tak Hanya Pasar Malam, Grebeg Maulud juga Digelar di Sekaten Keraton Solo

Sedangkan gunungan estri pada Grebeg Maulud sebagai puncak Sekaten di Solo menjadi simbol wanita atau permaisuri raja dengan bentuk kerucut yang terbalik.

“Isinya juga berbeda, ada upil-upilan yang terbuat dari beras ketan dibentuk segi empat, rengginang, dan tlapukan yang juga terbuat dari tepung beras berbentuk segi enam,” ucapnya.

Namun, menurut Tundjung, meskipun punya bentuk, susunan dan isi yang berbeda, kedua gunungan melambangkan harmonisasi dalam manusia kehidupan dan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.

Baca Juga: 15-An Wahana Hiburan Ramaikan Pasar Malam Sekaten Solo, Ada Atraksi Hewan

“Jadi, dua visualisasi gunungan dalam Sekaten itu merupakan penggambaran makrokosmos dan mikrokosmos yang bermuara pada ajaran pentingnya harmonisasi dalam hidup,” jelasnya.

Seperti diketahui, selain pasar malam, Sekaten di Keraton Solo tahun ini juga diramaikan dua ritual utama dari Keraton yakni tabuh gamelan dan Grebeg Maulud.

Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, KP Dani Nur Adiningrat, mengatakan tabuh gamelan dan Grebeg Maulud diadakan seperti sebelum pandemi. Namun, untuk kepastian waktunya, Dani mengatakan masih menunggu keputusan resmi dari penguasa Keraton Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya