SOLOPOS.COM - Warga bentaran Sungai Gajah Wong Senin (19/1/2015) melakukan evakuasi barang-barang yang tersisa dan dapat diselamatkan paska-tanggul jebol pada Minggu (18/1/2015) sore. (JIBI/Harian Jogja/Gigih M. Hanafi)

Solopos.com, BANTUL – Musim pancaroba yang tengah berlangsung berpotensi munculkan bencana banjir dan longsor. Setidaknya puluhan talud yang terletak di 20 titik di Kabupaten Bantul berpotensi rawan longsor.

Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Dwi Daryanto menyampaikan pada musim peralihan hujan ke kamarau kali ini diiringi adanya siklon seroja. Dampaknya wilayah DIY tak terkecuali Bantul, waspada atas kondisi ekstrem yang tengah berlangsung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Terlebih Bantul, oleh sebab itu dalam menghadapi musim yang ekstrem ini, kita selama musim penghujan, teman-teman kita di 20 desa tetap stanby untuk antisipasi wilayah rawan longsor dan banjir,” terangnya Minggu (11/4).

“Beberapa wilayah memang berpotensi longsor, misalkan di Piyungan, Dlingo, Imogiri, Pleret dimungkinkan terjadi rawan longsor. Kalau banjir tentu saja di wilayah yang dilalui sungai-sungai besar. Utamanya yang perlu diwaspadai sungai Gajah Wong, Sungai Code, Sungai Opak, Sungai Bedog, itu beberapa sungai yang perlu kita waspadai tentang potensi rawan banjir,” tandasnya.

Baca juga: Satpol PP Bantul Musnahkan Miras 1.933 Ribu Botol

Dijelaskan Dwi sebanyak 20 desa telah mendirikan posko untuk antisipasi bencana banjir sejak beberapa bulan lalu. Sejurus dengan kerawanan banjir, talud-talud di 20 titik tersebut juga berpotensi rawan ambrol.

“Talud-talud yang rawan ambrol di 20 titik. Banjir akan menghantam badan talud yang akhirnya menyebabkan longsor. Karena memang kondisi tanah di Bantul itu kan labil. Sehingga talud terutama yang tadi kami sebutkan, di dekat sungai itu potensi longsornya tinggi,” tandasnya.

Tingginya debit air dan kencangnya aliran ditambah kondisi tanah yang labil membuat talud di 20 titik rawan longsor. “Terutama yang di Opak-Oyo itu, karena debitnya cukup besar, kedangkalan sungainya juga sudah dangkal. Sehingga sebetulnya kedepannya sungai yang diindikasikan sudah dangkal itu harus ada normalsisai dari balai besar, mengantisipasi cuaca seperti ini yang kedepannya tidak semakin berkurang tetapi semakin tinggi,” tegasnya.

Baca juga: Di Jogja, Ada Bule Prancis Jual Bakpia Paris

Pos Siaga

Sebelumnya Manajer Pusdalops BPBD Bantul, Aka Lukluk Firmansyah menerangkan status siaga darurat bencana banjir dan longsor di telah ditetapkan sejak akhir tahun 2020. Bantul sudah melakukan antisipasi dengan mendirikan 20 pos siaga darurat banjir dan longsor yang sampai saat ini masih aktif.

Aka menegaskan pemantauan ketinggian air dan retakan tanah yang berpotensi longsor diamati terus menerus selama 24 jam oleh BPBD Bantul dan FPRB. Meskipun telah melakukan serangkaian upaya mitigasi Aka meminta warga untuk aktif dan berpartispasi dalam upaya penanggulangan bencana. “Harapannya masyarakat juga aktif melalukan kegiatan pengurangan risiko bencana, mewaspadai adanya potensi cuaca ekstrem. Kemudian secara aktif membagikan informais yang akurat dan yang berasal dari sumber terpercaya,” tandasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya