SOLOPOS.COM - Yogi Aditya (FOTO: Istimewa)

Yogi Aditya (FOTO: Istimewa)

Memperingati kemerdekaan merupakan peristiwa rutin setiap 17 Agustus. Peringatan hari kemerdekaan ini kental dengan pemaknaan nasionalisme dan perwujudannya. Pemuda dengan berbagai posisi dan perannya memiliki aneka sudut pandang dalam memaknai dan mewujudkan rasa nasionalisme.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baktiawan Chandeki, mahasiswa FISIP Unisri angkatan 2008 menyatakan dalam nasionalisme, nilai-nilai kebangsaan dikedepankan. Baginya, nilai-nilai kebangsaan ini berangkat dari budaya Indonesia yang memiliki beragam kultur dan karakter. Lalu disatukan dalam sebuah konsepsi politik bernama negara Republik Indonesia. Kesatuan itu harus dijiwai sebagai pemaknaan rasa nasionalisme.

“Revitalisasi nilai-nilai perjuangan masa lalu dalam bentuk kegiatan bisa berupa pendidikan politik dan pendidikan formal,” ungkap Baktiawan yang juga Wakil Ketua Kaderisasi DPC Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Solo.

Pendidikan ini penting karena akan menjadi fondasi untuk dapat melawan kolonialisme dalam bentuk baru.

Presiden BEM UNS, Toma Patriot Tama, turut berpendapat. “Nasionalisme adalah bagaimana kita mengetahui jadi diri bangsa Indonesia ini, bagaimana kita juga mempunyai sikap untuk membela negara”, terang Toma.

Mahasiswa FMIPA UNS ini menegaskan pemuda dan mahasiswa harus punya wawasan lebih dan punya grand design (desain besar). Keduanya akan bisa diimplementasikan dalam pengabdian kepada masyarakat. Jadi, memaknai dan mewujudkan nasionalisme tak sekadar wacana. Pemuda juga bisa terlibat dalam pengentasan persoalan di masyarakat. Itu juga bagian dari nasionalisme.

Yogi Aditya, mahasiswa Fakultas Hukum (FH) UNS 2009 ini memiliki sudut pandang  yang agak lain mengenai persoalan pemuda. “Persoalan pemuda sekarang justru lebih pada labeling masyarakat kepada pemuda, biasanya masyarakat melihat anak muda itu sebagai sosok yang memberontak,” ujar Yogi.

Di masyarakat, anak muda mendapati beragam persoalan: hedonisme, krisis moral, korupsi dan sebagainya. Setiap anak muda memiliki cara masing-masing untuk terlibat dalam penyelesaian masalah sosial kemasyarakatan. Bagi Baktiawan dan Toma, upaya pengentasan masalah sosial tersebut dilakukan dengan penanaman dan pewujudan nilai sejarah dan nilai pendidikan sesuai ruang tempat mereka berkecimpung sebagai aktivis pemuda. Bagi Yogi selaku Ketua Teater Delik FH UNS, cara yang dipilih adalah mengadakan pentas bertemakan kritik sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya