SOLOPOS.COM - Seorang warga Tionghoa, Cik Yung (kanan) bersama ayahnya menyalahkan hio sebelum memulai sembahyangan pada momentum Tahun Baru Imlek di kediamannya, Sarigunan, Sragen Wetan, Sragen, Senin (31/1/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Harum semerbak wangi asap dupa tersebar dari ruang keluarga rumah Lie Kim Yung di Kampung Lampion Sarigunan, Sragen Tengah, Sragen, Senin (31/1/2022) siang. Empat batang hio yang terbakar ditancapkan dibokor kuningan. Bokor itu diletakan di antara dua foto leluhur wanita yang memiliki nama lain Stephanie Christiana Agustin itu.

Berbagai buah dan aneka kue serta daging disajikan di meja tempat dupa itu diletakkan. Ada jeruk, apel, semangka, pisang, daging ayam panggang, bandeng, aneka sayuran dan nasi, teh, serta yang paling khas kue ranjang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Di samping meja itu ada pohon warna bewarna merah muda yang dihias lampu hias warna merah. Di tempat itulah Cik Yung, sapaan akrab Lie Kim Yung, dan keluarganya berdoa dan menghormati para leluhur pada momentum perayaan Tahun Baru Imlek 2022.

Baca Juga: Imlek 2022 Tahun Macan Air, Ini Makna & Prediksinya

“Foto yang atas itu eyang dari papa dan foto yang bawah itu eyang dari mama. Bersembahyang di rumah ini merupakan tradisi keluarga kami sejak dulu. Ini janji mama saya untuk tetap melestarikan tradisi. Sebelum berdoa, kami juga berziarah ke makam leluhur,” ujar Cik Yung saat diwawancarai wartawan, Senin siang.

Cik Yung mengenakan pakaian merah karena warna itu melambangkan kebahagiaan, kesejahteraan, dan kekuasaan. Warna merah juga ditemui pada kue ranjang, lampion, dan atribut Imlek lainnya. Sayangnya puluhan lampion di depan rumahnya tak menyala saat malam hari meskipun menjelang momentum Imlek.

“Ada pula tradisi angpau. Nah, angpau ini diberikan dari orang tua kepada anak-anak mereka yang belum menikah. Bagi anak-anak yang sudah menikah justru memberi angpau kepada orang tuanya. Setelah sembahyangan biasanya kami makan bersama-sama anggota keluarga,” jelas Cik Yung.

Baca Juga: Menyambut Tahun Baru Imlek dan Menguatkan Toleransi atas Keberagaman

Ia bersama papanya, Lie Kong HWA atau Cahyono, 75, sembahyangan bersama. Masing-masing mengambil dua batang hio dan dinyalakan. Kemudian dengan hio itulah mereka berdoa di hadapan foto para leluhurnya.

“Tadi kami mendoakan leluhur, minta kepada Tuhan agar umur panjang, minta rezeki, dan permintaan yang baik-baik. Tradisi berdoa itu sekarang disesuaikan denga keyakinan masing-masing keluarga Tionghoa,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya