SOLOPOS.COM - Seorang penyintas kusta yang tinggal di Kampung Sumbertelu, Banyumanis, Donorojo, Jepara, tengah memberi makan ternaknya, beberapa waktu lalu. (Solopos.com-Adhik Kurniawan)

Solopos.com, JEPARA – Penderita kusta kerap mendapat stigma buruk dari masyarakat sekitar, mulai dari penyakit bawaan, kutukan, hingga tak bisa disembuhkan. Kendati demikian, stigma itu tak membuat penderita kusta di Kampung Sumbertelu, Desa Banyumanis, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng), menyerah. Mereka tetap berdikari guna meraih masa depan yang lebih baik.

Kampung Sumbertelu di Jepaara dihuni sekitar 286 jiwa, di mana sebagian penduduk merupakan penyintas atau eks penderita kusta. Kampung yang menempuh perjalanan sekitar 45 menit dari Kota Jepara itu memang kerap dikaitan dengan pasien kusta di RS Kusta Donorjo. Hal itu dikarenakan banyak pasien kusta yang telah sembuh dirawat di rumah sakit tersebut enggan kembali ke daerah asal dan memilih menetap di Kampung Sumbertelu Jepara.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Stigma dan penolakan di masyarakat daerah asal, membuat mereka memilih hidup secara mandiri di kampung Sumbertelu. Mereka pun hidup seperti orang kebanyakan baik sebagai petani, peternak, pemilik toko kelontong, hingga pengusaha mebel. Kemandirian itu bahkan membuat mereka bisa menafkahi keluarga hingga membelikan rumah bagi anak cucu agar bisa tingga di luar Kampung Sumbertelu, yang kerap disebut sebagai Kampung Kusta.

Seorang warga Kampung Sumbertelu yang juga penyintas kusta, Abdul Karim, 56, kini hidup sebagai peternak telur. Ia bahkan telah memiliki sekitar 100 ayam petelur yang bisa menghasilkan 5 kg telur dalam waktu sehari.

“Saya juga enggak mau mengharapkan bantuan terus. Karena namanya bantuan itu, pasti terbatas. Makanya awal memilih menetap di sini [Kampung Sumber Telu] sempat bingung. Terus dari rumah sakit waktu itu memberi bantuan dan pelatihan tentang ternak. Terus saya beranikan modalnya buat beli lima ekor ayam petelur buat awalan usaha,” kata Abdul yang mengawali pekerjaan sebagai peternak ayam petelur sejak 2018, saat ditemui Solopos.com, Kamis (26/1/2023).

Abdul yang telah tinggal di Kampung Sumbertelu sejak 2006 mengaku hasil telur dari peternakanya dijual ke tetangga dan warung-warung terdekat. Ia membanderol telur itu dengan harga Rp27.000 per kg.

“Ada juga yang sudah jadi pelanggan tetap di pasar. Untungnya rata-rata Rp200.000 per 10 hari,” jelas pria asal Jawa Timur (Jatim) itu.

Hal yang sama juga dilakukan Sargi, 64, asal Kabupaten Pati yang sudah menetap di Kampung Sumber Telu selama 25 tahun. Ia hidup mandiri dengan menjadi pengusaha mebel hingga mampu membelikan rumah di luar kampung kusta bagi kedua anaknya.

Tak Diterima Keluarga

“Usaha mebel di sini. Bikin kursi, meja, pintu, kadang juga ayunan. Terus pekerjanya ada dua, itu [pekerja] dari luar kampung sini [bukan penyintas atau penderita kusta]. Ya hitung-hitung berbagi rezeki, bukan berarti harus pilih-pilih meski pernah dikucilkan,” ungkapnya.

Pekerja sosial RS Kusta Donorojo, Rismanto Arie, menerangkan banyak pasien yang tak diterima keluarga hingga lingkunganya karena menderita kusta akhirnya bermukim di Kampung Sumbertelu Jepara, yang memang disiapkan pemerintah. Lambat laun, mereka yang tinggal dikampung tersebut berhasil hidup secara mandiri hingga dinilai bisa tercukupi secara ekonomi.

“Mereka takut dan trauma dengan stigma masyarakat terhadap penderita kusta. Makanya, meski sudah sembuh, mereka secara mental belum siap tinggal di luar kampung itu,” ungkapnya.

Rismanto pun berharap masyarakat mulai menghapus stigma tentang penyakit kusta. Penyakit kusta memang menular, tapi jangan pernah memberi label buruk pada para penderita, terutama yang telah sembuh.

“Awal datang ke sini, saya belum mengenal kusta. Saya juga berpikir itu penyakit yang menular dengan mudah. Kemudian saya melihat teman-teman kesehatan lain yang sudah puluhan tahun di sini tidak ada masalah kusta. Sejak saat itu, saya mulai berani membau dengan penderita kusta dan sadar selama ini berpikir salah,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya