SOLOPOS.COM - Gibran Rakabuming Raka (tengah) menyanyi Padamu Negeri di acara silaturahmi dan salam sapa di Warung Ndeso Ndalem Padmosusastro Solo, Kamis (2/1/2020) malam. (Solopos-Kurniawan)

Solopos.com, SOLO -- Bakal calon wali kota (Bacawali) Solo dari PDIP, Gibran Rakabuming Raka, menyatakan dirinya sudah sesuai prosedur dan mekanisme dalam proses penjaringan calon kepala daerah yang dilakukan parpol berlambang kepala banteng moncong putih.

Pernyataan itu menepis tudingan bahwa dirinya main atau lewat jalur belakang dalam perebutan rekomendasi cawali Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Polemik adanya calon kepala daerah yang main belakang disampaikan langsung Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, akhir pekan lalu.

Mega menyindir ada calon kepala daerah yang main belakang. Namun dia tidak menyebutkan siapa calon yang dimaksud berikut asal daerahnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Beli Rumah? Ajukan KPR Online di Sini, Gampang Banget!

“Saya sekarang fokus kerja politik, silaturahmi, blusukan. Soal pencalonan saya sudah ikuti mekanisme dan prosedur partai. Semuanya terbuka, diumumkan, juga diberitakan di media massa karena PDIP partai modern dan terbuka,” ujar dia, Senin (21/1/2020).

Ihwal blusukan menjelang Pilkada Solo, Gibran Rakabuming mengaku banyak mendengar dan mencatat masukan dari masyarakat.

Driver Ojol Cantik Ini Melawan saat Dipepet Penumpang Laki-laki Nakal

Putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu mengatakan setiap masukan dan aspirasi warga Solo dia jadikan bekal atau pekerjaan rumah (PR) untuk membuat kebijakan-kebijakan yang lebih baik ke depan.

Sebelumnya, dalam perayaan Natal keluarga besar PDIP di Manado, Sulawesi Utara, beberapa waktu lalu, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyindir calon kepala daerah yang meminta rekomendasinya lewat "pintu belakang".

Biar Bisa Capai Orgasme, Ini Cara Stimulasi Payudara Wanita

PDIP menyebut peristiwa itu terjadi pada saat Rakernas I PDIP.

Mega saat itu mengungkapkan adanya calon pemimpin yang ingin maju dalam pilkada dan meminta langsung rekomendasi kepadanya. Ketua Bidang Pemenangan Pemilu PDIP Bambang Wuryanto menjelaskan maksud Megawati itu.

Cek Jadwal Pemadaman Listrik di Sini!

"Begini, itu orang mungkin merasa kenal sama Ibu Ketum, sementara di PDIP kita tahu kekuasaan di Ibu Ketum, kemudian orang itu nyelonong minta rekomendasi. Karena merasa sudah dekat," kata Bambang kepada wartawan, Senin (20/1/2020), dilansir Detik.com.

"Kalau tidak salah peristiwa itu terjadi pada saat Rakernas, nah itu kan tidak benar. Meski kita itu hierarkinya komando, tetapi setiap proses ada prosedurnya," sambung Bambang.

Prosedur

Menurut Bambang, calon kepala daerah seharusnya mengikuti prosedur yang ditetapkan PDIP. Sebab, prosedur tersebut juga untuk edukasi politik bagi calon kepala daerah.

Mahasiswi Cantik UNS Solo Sukses Jualan Sari Lemon Beromzet Ratusan Juta

"Prosedurnya yaitu mendaftar, kemudian mengikuti proses yang ada, termasuk bikin paper, diskusi, visi-misi, kan begitu. Sekaligus pendaftaran itu kan juga dipakai untuk education soal politik. Bagi PDIP, forum tersebut menjadi forum untuk melakukan edukasi partai," ujar Bambang.

Karena itu, kata Bambang, Mega tak berkenan dengan cara calon kepala daerah yang meminta rekomendasi dari belakang. Padahal, di dalam tubuh PDIP, Megawati mengajarkan tertib berorganisasi.

Keren! Begini Penampakan Desain Flyover Purwosari Solo

27 Tahun Mengurung Diri di Rumah, Perempuan Ini Ditemukan Mirip Genderuwo

"Jadi maka kalau seperti itu [rekomendasi dari belakang], maka pasti Ibu [Megawati] tak berkenan. Karena ada tahap yang lengkapi, ini kan tertib berorganisasi, itu yang diajarkan kepada kami," sebut Bambang.



Tragis, Pria Ditemukan Tewas Tengkurap di Atas Istri Tertimpa Kandang Ayam

Bambang mengaku tak mengetahui calon kepala daerah yang disindir Megawati. Namun, menurut dia, kemungkinan permintaan rekomendasi calon kepala daerah tersebut dilakukan saat waktu istirahat Rakernas I PDIP.

Heboh Virus Corona, Kenali Gejalanya & Pahami Pencegahannya!

Lowongan Kerja Terbaru, Klik di Sini!

"Kalau daerahnya saya nggak tahu, tapi peristiwa itu terjadi pada saat Rakernas. Itu mungkin pada saat istirahat, makan bersama, kita nggak tahu, detailnya enggak tahu. Tapi itu menyinggung pada saat rakernas. Tapi itu kan karena keakraban. Kalau sudah akrab dengan Ibu Ketum, semua selesai," pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya