SOLOPOS.COM - Mata Air Cokrotulung (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Mata Air Cokrotulung (JIBI/SOLOPOS/Dok)

SOLO — Polemik pemanfaatan mata air cokro di Desa Tulung Klaten hingga kini tak kunjung rampung. Meski telah dimediasi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah, hingga kini belum terjadi kesepakatan soal besar sumbangan antara Pemkot Solo dan Pemkab Klaten. Hal tersebut diungkapkan Direktur PDAM Solo, Singgih Tri Wibowo, Senin (3/12/2012).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pihaknya mengaku masih keberatan dengan rencana pemberlakuan revisi sumbangan. Sebagaimana diketahui, PDAM Solo harus menaikkan nilai sumbangan ke Pemkab Klaten sesuai harga air per liter per detik.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kontribusi Pemkot ke Pemkab Klaten selama ini dihitung sumbangan pihak ketiga, yakni sekitar Rp1,5 miliar per tahun. Itu diambil dari laba PDAM,” terangnya.

Menurut Singgih, nilai tersebut dihitung 15% dari harga dasar air lama yakni Rp1.100 per meter kubik. Padahal harga air kini telah mencapai Rp1.700 per meter kubik. Mengenai penolakan revisi kerjasama, PDAM Solo beralasan tengah terlilit hutang sebesar Rp45 miliar pada Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Hutang semakin menggelembung jika digabung dengan kewajiban setor ke Pendapatan Asli Daerah (PAD) Solo sebesar Rp2 miliar per tahun serta pengembangan perusahaan. Di sisi lain, laba per tahun PDAM hanya berkisar Rp5 miliar.
“Kami minta sumbangannya tetap sevisibel mungkin. Dengan kondisi kami sekarang, tentu agak sulit (menambah sumbangan). Meski sudah dimediasi, hingga kini memang belum ada keputusan terkait itu,” katanya.

Pihaknya berharap revisi kerjasama mendatang tak semakin membebani PDAM Solo. Singgih tak menampik Solo sangat bergantung pada mata air Cokro. Dia mengungkapkan, suplai air dari Cokro kepada Kota Bengawan mencapai 380 liter per detik atau setara  40% total suplai air. Selain Cokro Tulung, PDAM mengandalkan suplai dari sumur dalam sebanyak 400 liter per detik dan pengelolaan Sungai Bengawan Solo sebanyak 150 liter per detik.

“Saat ini kami masih memiliki sisa debit 90 liter per detik. Musim hujan seperti sekarang justru menjadi berkah karena kualitas air dari Bengawan Solo semakin baik.”

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Budi Suharto, membenarkan tingginya beban keuangan PDAM mempengaruhi besaran setoran PAD. Pembayaran cicilan hutang ke Kemenkeu yang semula hanya Rp2 miliar per tahun mulai 2012 ditingkatkan menjadi Rp4 miliar per tahun.

“Kami harap ada ruang dialog yang bisa membuahkan win-win solution semua pihak. Mediasi harus benar-benar diterapkan konsekuen,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya