SOLOPOS.COM - Logo Facebook (JIBI/Dok)

Media sosial terpopuler Facebook menjadi aplikasi favorit hacker menggali informasi.

Solopos.com, JAKARTA — Dengan segala fasilitasnya, media sosial terpopuler Facebook memang punya banyak sisi positif. Tapi waspadalah, karena Facebook ternyata juga jadi cara paling mudah bagi hacker untuk menggali informasi tentang targetnya.

Promosi Ongen Saknosiwi dan Tibo Monabesa, Dua Emas yang Telat Berkilau

Sebagaimana dikutip dari Detik, Rabu (9/3/2016), alasannya karena Facebook menyimpan terlalu banyak infomasi mengenai pengguna, mulai dari tanggal lahir, sejarah pekerjaan, dan lain-lain. Bahkan dari media sosial terpopuler di dunia itu juga bisa diketahui relasi antara satu pengguna dan pengguna lainnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Tapi sebenarnya dari sisi pengguna sendiri bisa membatasi sejauh mana informasi yang bisa dilihat publik. Meski demikian tak sedikit pengguna yang malah terkesan cuek dengan privasinya.

Selain membeberkan identitasnya sendiri, cukup banyak pengguna media sosial terpopuler Facebook yang sengaja membeberkan aktivitas sehari-harinya.

“Mereka suka berbagi apa saja, seperti memberitahukan lokasinya atau melalui status-statusnya. Berkat Facebook menggali informasi kini sangat mudah. Kalau ada yang berniat jahat mereka bisa dapat dengan mudah mempelajari pola aktivitas pengguna Facebook yang diincar,” kata Direktur Consumer & Small Business Norton APAC, Chee Choon Hong, di Penang Bistro, Jakarta.

Alhasil, lanjut Hong, saat ini seorang pembobol password pun tak perlu wajib menguasai bahasa pemrograman. Malahan terkadang cuma dibutuhkan kemampuan tebak-tebakan untuk memecahkan suatu password, dibanding hacker sungguhan yang memanfaatkan skill pemrograman. “Terkadang hanya dengan menebak sudah cukup untuk menemukan password,” imbuh Hong.

Tapi tebakannya tentu bukan asal-asalan, biasanya password yang suka ditebak pembobol cyber adalah yang umum-umum seperti tanggal lahir, penggunaan kata rahasia, 123456, atau abcdefg. Jadi pastikan, password Anda bukan kata-kata tersebut.

Selain seperti dikutip dari Okezone, Rabu, sebanyak 25 juta orang lebih di Indonesia menjadi korban kejahatan online. Hanya enam dari sepuluh orang atau 59%, mempercayai Wifi publik lebih berbahaya. Terlebih, 55% orang Indonesia masih berbagi password dengan orang lain, baik password email pribadi, sosial media bahkan akun bank.

“Sebanyak 61% orang telah mengalami cybercrime dan 90% mengenal orang lain yang mengalami hal yang sama. Sementara 42% dari populasi yang merasa sepenuhnya mengendalikan keamanan online. Jumlah ini jauh lebih baik daripada Hong Kong dan Taiwan,” terang Chee Choon Hong.

Hong menjelaskan kebanyakan orang masih menyepelekan pentingnya password. Sebanyak 58% orang cukup percaya diri bisa mengatasi cybercrime, meski pada kenyataannya 81% merasa khawatir mungkin menjadi korban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya