SOLOPOS.COM - Mayor Haristanto menunjukkan syal biru tanda cinta dari Aremania yang ia terima di Stadion Manahan Solo pada 17 Februari 2000. Syal tersebut saat ini tersiman di Museum TitikNol Pasoepati. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Tragedi di Stadion Kanjuruhan yang membuat sedikitnya 125 suporter Arema FC meninggal dunia menyisakan duka mendalam dari para suporter sepak bola di Tanah Air.
Nama suporter Arema FC, Aremania, begitu membekas di hati suporter Persis Solo, Pasoepati. Presiden pertama Pasoepati, Mayor Haristanto, kepada Solopos.com, Rabu (5/10/2022), mengungkapkan Aremania adalah guru besar bagi Pasoepati.

“Pasoepati lahir pada 9 Februari 2000. Sangat beruntung sepekan kemudian, tepatnya pada 17 Februari 2000, Stadion Manahan Solo dibanjiri sekitar 5000 Aremania. Momen itulah yang membuka mata dan telinga Pasoepati. Mereka (Aremania) menebar inspirasi sebagai suporter modern dengan atraksinya yang luar biasa. Selama 90 menit pertandingan mereka meneriakkan yel-yel dan nyanyian untuk memompa semangat tim kebanggaan mereka, Arema,” kata Mayor mengenang kejadian kala itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mayor juga menjelaskan Pasoepati sangat beruntung bisa cepat belajar dan beradaptasi. Pada Rabu, 23 Pebruari 2000, sekitar 50 pentolan Pasoepati berkumpul untuk merancang aksi, atraksi dan lagu untuk mereka tunjukkan di Satdion Manahan Solo. Pertemuan itu diadakan di Jl. Kolonel Sugiyono 37 Solo yang ditetapkan menjadi tempat lahirnya Pasoepati.

Ekspedisi Mudik 2024

Saat itu langsung tercipta sekitar 10 gerak dan lagu pemompa semangat bertanding tim Pelita Solo (tim yang bermain di Stadion Manahan).

“Dua hari kemudian, atau pada 25 Februari 2000, sekitar 500 anak muda berlatih menari dan menyanyi di tribune barat, sisi utara Stadion Manahan. Memang agak aneh, mereka tanpa malu mau menyanyi dan menari,” ucap Mayor.

Baca Juga: Sampaikan Duka atas Tragedi Kanjuruhan Malang, Suporter Solo Serukan Hal Ini

Akhirnya pada 27 Februari 2000, ujian pertama Pasoepati tiba. Di hadapan sekitar 20.000 penonton di Stadion Manahan Solo yang menyaksikan saat Pelita Solo Vs PSIM Jogja, untuk kali pertama Pasoepati bisa menari dan bernyanyi di sebagian tribune sebelah utara.

“Kami beruntung mendapat bantuan 5.000 an lembar kertas untuk “kepekan” (contekan) lagu dan gerakan tarian. Kertas itu sumbangan dari Pak Sinyo Haryanto (bos Kiky).”

Lebih lanjut Mayor menyatakan apa yang dilakukan oleh Pasoepati tersebut semua berkat virus kreativitas dari sang guru besar bernama Aremania.

Baca Juga: Bikin Merinding! Doa Bersama Jadi Ajang Suporter Solo-Jogja Bertemu Penuh Damai

“Terima kasih Sam. Kami semua cinta kamu,” kata Mayor untuk memberikan dukungan moral kepada Aremania yang kini tengah dirundung duka atas meninggalnya lebih dari 100 anggota mereka dalam tragedi Kanjuruhan.

Mayor juga menyampaikan duka secara mendalam untuk Aremania maupun keluarga korban tragedi Kanjuruhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya