SOLOPOS.COM - Ilustrasi pergerakan saham. (Nurul Hidayat/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA -- Saham perbankan dinilai analis masih menarik dikoleksi, meski ada potensi penurunan laba bersih pada kuartal II/2020 atau April-Juni 2020.

Analis J.P. Morgan, Harsh Wardhan Modi, dalam risetnya menyatakan valuasi atau nilai ekonomi emiten perbankan diperkirakan terus turun. Valuasi mendekati nilai buku nol diperkirakan berlanjut, bahkan hingga tahun depan.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Selain itu, J.P. Morgan memperkirakan tingkat Return on Equity (ROE) yang mencerminkan perolehan laba perbankan akan berada pada level rendah, setidaknya hingga 2022.

Pohon Berumur Ratusan Tahun di Pasar Bunder Sragen Ditebang, Hii… Ada Kerumunan Lebah

“Analisis tingkat leverage korporasi dalam satu dekade terakhir menegaskan kemungkinan tersebut,” tulisnya dikutip dari riset J.P. Morgan, Kamis (28/5/2020).

Dikeluarkannya aturan bank jangkar dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23/2020 memang sempat memengaruhi saham emiten perbankan. Namun, dengan ketentuan bahwa aturan itu tidak bersifat memaksa menjadi poin signifikan yang mengubah prospek saham perbankan.

Dia menegaskan dengan ketentuan itu, posisi bank-bank pelat merah, yang semula dikhawatirkan akan ditunjuk sebagai Bank Jangkar, berkurang.

Kisah Unik: Keluarga Ini Punya Anak dari Rahim Suami, Kok Bisa?

Hal ini membuat J.P. Morgan merekomendasikan overweight atau beli terhadap saham tiga bank BUMN besar.

Tiga emiten bank pelat merah itu adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI).

J.P. Morgan menyematkan rekomendasi beli untuk BMRI dengan target harga Rp4.600. Rekomendasi beli ini naik dari rekomendasi hold atau netral yang diberikan sebelumnya.

Kenormalan Baru di Lingkungan Pemkab Klaten Dimulai 1 Juni 2020, Termasuk Pelayanan Publik?

Dalam risetnya, Modi menjelaskan pertimbangan rekomendasi ini disebabkan oleh sejumlah faktor. Salah satunya posisi Bank Mandiri sebagai bank besar paling aktif melakukan restrukturisasi, di segmen korporasi, UKM, dan ritel.

Total restrukturisasi kredit oleh Bank Mandiri sudah mencapai sekitar Rp151 triliun dan diperkirakan akan meningkat. Restrukturisasi ini diperkirakan menjadi pendorong keuntungan debitur yang tentu menguntungkan perseroan setelah Covid-19 berlalu.

Penyaluran Kredit Melambat 2020-2021

“Dalam jangka pendek dampak kondisi ekonomi akan membuat penyaluran kredit Bank Mandiri melambat pada 2020-2021, namun diperkirakan akan mulai kembali kencang pada 2022,” jelas dia.

Solopos Hari Ini: Sekolah Dibuka di Zona Hijau

BBRI juga disemati rekomendasi beli dari J.P. Morgan dengan target harga Rp3.000 per saham. Kinerja BBRI diperkirakan akan tetap terjaga berkat portofolionya terkonsentrasi pada kredit mikro yang memiliki ROE lebih tinggi dibandingkan segmen lain.

Selain itu, dari total portofolio kredit BBRI, 60 persennya dinilai sebagai kredit dengan risiko rendah. Kredit ini tersebar pada segmen mikro, payroll, dan korporasi BUMN.

Sementara itu, BBNI diberikan rekomendasi beli dengan target harga Rp4.200 per saham. Harga saham saat ini dinilai cukup sepadan dengan ketidakpastian potensi penurunan kualitas aset perseroan.

WFH Dicabut, ASN Pemkot Solo Mulai Ngantor Juni 2020

Pertumbuhan kredit BBNI diperkirakan akan turun menjadi hanya 6 persen pada tahun ini. Adapun, pemulihan laju pertumbuhan kredit diproyeksikan terjadi pada 2021-2022 dengan kembali ke kisaran 10 persen.

Head of Equity Research PT Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma, menilai perolehan laba emiten perbankan pada kuartal I/2020 sejauh ini memang masih menujukkan performa positif.

Hal ini disebabkan oleh faktor Covid-19 yang belum begitu berdampak pada periode tersebut. Covid-19 baru mulai memberikan dampak pada akhir kuartal I/2020.

Google Hapus Ulasan Negatif Tiktok di Play Store, Kok Gitu?



“Pengaruh Covid-19 baru terasa di pertengahan Maret, sehingga kuartal I/2020 rata-rata emiten perbankan belum terpengaruhi kinerjanya. Tapi kemungkinan kuartal II/2020 akan lebih jelek,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (28/5/2020).

Menurutnya, actor yang akan menekan kinerja perbankan pada kuartal II/2020 adalah banyaknya potensi restrukturisasi kredit yang akan menunda pendapatan bunga emiten di sektor perbankan.

“Untuk 2020 beberapa bank saya proyeksikan akan mengalami penurunan laba bersih, karena tingginya restrukturisasi kredit. Hal ini akan membuat pendapatan bunga tertunda,” jelasnya.

Sejauh ini sektor perbankan menjadi salah satu yang mengalami koreksi harga paling besar sejak pandemi melanda. Contohnya, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang terkoreksi 53,38 persen secara year to date (tahun berjalan).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya