SOLOPOS.COM - Kegiatan pemotongan pohon waru di ruas Jl. Katamso oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Sragen pada Selasa (4/10/2022). (Istimewa/DPU Sragen)

Solopos.com, SRAGEN — Memasuki musim penghujan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Agus Cahyono, meminta masyarakat mewaspadai potensi angin kencang hingga tanah longsor.

“Musim penghujan telah terjadi di wilayah Jawa Tengah di sisi selatan, yaitu daerah Soloraya, terkhusus Sragen. Sebenarnya musim penghujan diperkirakan mulai pertengahan Oktober, namun kendati demikian beberapa waktu ini sudah mulai hujan, baik intensitas sedang ataupun tinggi,” terang Agus saat ditemui Solopos.com di kantornya, Senin (3/10/2022).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Perubahan musim dari kemarau ke penghujan menyebabkan perbedaan suhu yang signifikan, dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Kondisi ini berpotensi menimbulkan angin kencang yang jangkauannya merata di seluruh kecamatan dan tidak bisa diprediksi. Angin kencang tersebut berpotensi menyebabkan pohon tumbang.

“Namun sudah ada pemetaan wilayah yang disebut jalur angin yang berpotensi terjadi angin kencang, yaitu di Kecamatan Plupuh, Tanon, Kedawung, Gondang, dan Sambirejo,” lanjutnya.

Terkait ancaman tanah longsor, Agus menyebut ada beberapa wilayah yang masuk daerah rawan. Seperti di wilayah Situs Manusia Purba Sangiran, Kecamatan Kalijambe dan di Kecamatan Sambirejo, terutama di Desa Muso. Wilayah tersebut berada di lereng pengunungan.

“Kemudian banjir. Walaupun di Sragen beberapa tahun terakhir ini tidak terjadi banjir, namun tetap diantisipasi. Khususnya  di tujuh kecamatan yang dilalui aliran Bengawan Solo. Tujuh kecamatan tersebut adalah Masaran, Plupuh, Tanon, Sidoharjo, Gesi, Tangen, dan Jenar,” tambah Agus.

Ia menyebut potensi banjir yang paling besar ada di Desa Pilang, Kecamata Masaran karena langsung dilalui aliran Bengawan Solo. Tanggul sungai sudah rawan, karena pondasi yang terletak di bagian bawah sudah terkikis.

Tahun lalu tanggul sepanjang 10 meter pun ambrol. Saat ini tanggul yang jebol itu dibuatkan tanggul sementara dengan karung yang berisi pasir.

Untuk pencegahan meluapnya anak Bengawan Solo, seperti Sungai Mungkung, rutin dilakukan normalisasi sungai. Namun rendahnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai masih jadi tantangan.

“Normalisasi sungai pun masih dilakukan secara manual, karena belum ada alat yang bisa digunakan untuk normalisasi sungai. Ketika menggunakan alat berat, ditakutkan struktur tanah tidak kuat. Jadi memang perlu alat khusus,” terang Agus.

Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Sragen, Giyanto, mengatakan saat ini ada 1.800-an sukarelawan yang siap siaga terjun menanggulangi bencana. Mereka tergabung dalam 45 komunitas.

Berdasarkan data dari BPBD Sragen, pada semester I 2022 terdapat 42 kejadian kebencanaan. Perinciannya pohon tumbang 15 kejadian, angin kencang 10 kejadian, tanah longsor  12 kejadian, dan banjir 5 kejadian.

Sementara itu, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sragen kini mulai melakukan pemangkasan ranting untuk mengantisipasi pohon tumbang.

“Pada hari ini, kami melakukan kegiatan pemotingan pohon waru di ruas Jl. Katamso, karena sudah lapuk. Masyarakat pun bisa melaporkan jika terdapat pohon yang dirasa rawan tumbang, sehingga bisa dilakukan pemeliharaan,” terang Kepala DPU Sragen, Raden Suparwoto, saat dihubungi Solopos.com, Selasa (4/10/2022).

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya