SOLOPOS.COM - Bangunan Masjid Argomedjono yang merupakan masjid tertua di Tawangmangu, Karanganyar.Foto diambil belum lama ini. (Candra Putra Mantovani/Solopos)

Solopos.com, KARANGANYAR — Memasuki Bulan Ramadan, masjid-masjid di terasa berbeda. Kian ramai. Banyak umat muslim yang mengerjakan ibadah di masjid untuk mendapatkan pahala lebih.

Hal yang sama terasa di masjid-masjid di kawasan Tawangmangu, Karanganyar. Di antara banyak masjid di kawasan wisata ini, ada satu masjid yang disebut sebagai yang tertua. Yakni Masjid Argomedjono. Lokasinya di  Jl. Ngunut, Nano, Tawangmangu. Masjid in konon dibangun pada 1939. Namun sebelum berwujud seperti sekarang, masjid ini sebelumnya berbentuk gua.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan kisah yang diperoleh Solopos.com dari takmir Masjid Argomedjono, masjid tersebut awalnya hanyalah sebuah gua yang digunakan oleh salah satu penggawa Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat bernama Eyang Sorodimedjo untuk ibadah.

Baca Juga: Serunya Festival Long Bumbung Sambut Ramadan di Tawangmangu

Saat itu dikisahkan pria yang kerap disebut Mbah Soro tersebut mengembara dan mendirikan padepokan di Tawangmangu. Saat beribadah di gua, Mbah Soro dikisahkan menerima ilham untuk mendirikan masjid di Tawangmangu sebagai sarana tempat ibadah warga sekitar.

masjid tertua di tawangmangu karanganyar
Kajian di Masjid Argomedjono, Tawangmangu, Karanganyar. (Instagram/Masjidargomedjono)

“Saat itu tahunnya sesuai catatan Masjid Argomedjono dibangun pada tahun 1939. Sebelumnya hanya gua untuk ibadah dan saat ini masih ada di belakang masjid. Tapi setelah mendapatkan ilham, Mbah Soro kemudian memutuskan untuk membangun masjid di lokasi saat ini,” ujar Ketua Takmir Masjid Argomedjono, Bayu Abdul Karim, saat diwawancarai awal Juni 2021 lalu.

Membangun masjid di lereng Gunung Lawu bukan perkara mudah saat itu. Terutama keterbatasan alat trasnportasi untuk membawa material bangunan. Saat itu, bahan bangunan Masjid Argomedjono dibawa langsung dari Keraton Solo. Bahan-bahan itu diangkut menggunakan sapi hingga Karangpandan. Setelah sampai di sana, material itu dilanjutkan diangkut dengan tenaga manusia sampai ke lokasi.

Baca Juga: Boleh Mudik Lebaran 2022, Begini Respons Pengusaha Wisata Tawangmangu

“Dulu itu bangunannya hanya 7 meter x 7 meter dengan luas teras hanya 2 meter persegi. Tapi bagaimana caranya saat itu diangkut menggunakan tenaga manusia. Berkembangnya waktu, saat ini sudah ada perluasan bangunan oleh Yayasan Amal Mulya pada tahun 1991 secara bertahap hingga bentuk masjidnya seperti ini. Tapi untuk bangunan utama kami tetap pertahankan arsitekturnya seperti aslinya seperti bedug, kusen jendela, dan ornamen di dalamnya,” jelas dia.

Masjid ini didominasi warna putih dengan kusen dan pintunya berwarna hijau. Nuansa bangunan lama sangat kental saat memasuki ruangan utama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya