SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA -- Sekelompok arsitek Mesir berhasil memenangi sayembara desain pembangunan kembali Masjid Raya al-Nuri di Kota Mosul, Irak, setelah empat tahun lalu dihancurkan oleh kelompok milisi yang menyebut diri mereka Negara Islam (ISIS).

Kelompok itu meledakkan masjid peninggalan abad ke-12 tersebut pada Juni 2017 saat pasukan pemerintah Irak bergerak merebut kembali Kota Mosul. Pertempuran merebut kembali Mosul berlangsung hampir sembilan bulan, menghancurkan sebagian besar kota itu. Ribuan warga sipil tewas dan lebih dari 900.000 lainnya kehilangan tempat tinggal.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tiga tahun sebelumnya, pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, memproklamirkan "kekhalifahan" dari masjid tersebut.

Baca juga: Pemakaman Pangeran Philip Disiarkan Langsung di Youtube

Ekspedisi Mudik 2024

Rekonstruksi masjid ini merupakan bagian dari proyek 'Membangkitkan Semangat Mosul' yang didanai Perserikatan Bangsa Bangsa.

Pembangunan kembali masjid raya itu "akan menjadi tonggak penting dalam proses memajukan rekonsiliasi kota itu setelah dilanda perang," kata Audrey Azoulay, yang memimpin badan PBB urusan kebudayaan, Unesco dilansir Detik.com.

Delapan arsitek Mesir itu, dengan desain bernama Courtyards Dialogue, terpilih dari total 123 desain yang dilombakan.

Desain aula salat akan dibuat seperti dulu, disertai dengan sejumlah perubahan. Termasuk penggunaan cahaya alami dan perluasan ruang salat untuk perempuan dan tokoh-tokoh penting, demikian pernyataan Unesco.

Warisan Nur al-Din Mahmoud Zangi

Nama masjid raya Mosul  itu terinspirasi dari seorang tokoh bernama Nur al-Din Mahmoud Zangi. Yakni penguasa Mosul dan Aleppo yang terkenal menyatukan laskar-laskar Muslim melawan Tentara Salib Kristen. Dia yang memerintahkan pembangunan masjid itu pada 1172, dua tahun sebelum meninggal.

Selama 28 tahun memerintah, Nur al-Din berhasil merebut Damaskus dan turut berperan bagi keberhasilan Saladin. Yakni panglima perang di Mesir sebelum mendirikan dinasti Ayyubiyah dan merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187.

Nur al-Din juga dihormati oleh para jihadis atas upayanya untuk membuat Muslim Sunni mendominasi atas Syiah.

Baca juga: Ini Kabar Terbaru Pengembangan Vaksin Merah Putih

Menara "Si Bungkuk"

Terlepas dari hubungannya dengan sosok termasyhur itu, yang tersisa dari wujud asli masjid Mosul hanyalah menara miring. Beberapa tiang dan mihrab, sebuah relung yang menunjukkan arah ke Mekah.

Menara miring itu dijuluki "al-Hadba" atau "si bungkuk", yang rusak parah selama Pertempuran Mosul.

Menara silindris tersebut ditutupi dengan susunan batu bata rumit yang terinspirasi oleh desain Iran. Kemudian ditutup dengan kubah kecil diplester putih.

Pada saat pembangunannya selesai, menara itu memiliki tinggi 45 meter. Tetapi pada saat Ibnu Batutah mengunjungi Mosul pada abad ke-14. Menara itu sudah miring secara signifikan sehingga berjuluk "al-Hadba".

Baca juga: Sejarah Hari Ini: 17 April 1961, Invasi Teluk Babi di Kuba

Penyebab kemiringan menara masjid Mosul itu tidak sepenuhnya diketahui. Menurut kepercayaan lokal, menara itu membungkuk kepada Nabi Muhammad saat naik ke surga. Walau faktanya adalah Nabi wafat berabad-abad sebelum masjid itu dibangun.

Tetapi para ahli percaya hal itu disebabkan oleh tekanan angin barat laut, efek matahari pada batu bata di sisi selatan, atau terkait kualitas gipsum yang digunakan untuk menahan batu bata.

Lalu serangan bom yang menyerang Mosul selama perang Iran-Irak juga merusak pipa bawah tanah di dekat dasar menara, dan ini membuat limbah terkumpul di kolam dan melemahkan fondasinya.

Pembangunan kembali masjid Mosul yang hancur itu akan dimulai akhir tahun ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya