SOLOPOS.COM - Ilustrasi demonstrasi (Bisnis-Andi Rambe)

Masjid di Papua dibakar menimbulkan reaksi di Solo. Namun insiden Tolikara itu bukan satu-satunya alasan.

Solopos.com, SOLO — Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) ternyata sudah lama mengincar rumah ibadah Gereja Injili di Indonesia (GIDI) di Joyontakan, Serengan, Solo, untuk ditutup. Alasannya, rumah ibadah tersebut belum memiliki izin dari Pemerintah Kota Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sebenarnya kami sudah tahu lama gereja itu tidak berizin. Tapi karena momennya kemarin [Jumat, 17/7/2015] di Papua ada pembakaran masjid, kami langsung ingat,” kata perwakilan LUIS, Joko Sutarto, kepada Solopos.com, Sabtu (18/7/2015).

Ekspedisi Mudik 2024

Joko yang juga Koordinator Tim Advokasi Umat, itu mengatakan LUIS menuntut agar aktifitas peribadatan di rumah itu segera ditutup. “Yang kami tahu, izinnya hanya rumah pribadi bukan rumah ibadah. Makanya kami minta segera ditutup,” kata dia.

Joko juga membantah informasi yang beredar bahwa ada aksi pemukulan oleh massa dari LUIS kepada salah seorang penghuni rumah ibadah tersebut. “Tidak ada itu [pemukulan]. Pas kami datang ke rumah itu sudah ada banyak petugas polisi, ada Wakapolresta juga ada. Tidak ada itu pemukulan,” ucap dia.

Lebih lanjut Joko menuturkan saat itu massa dipecah menjadi dua tim. Tim yang satu sebanyak tujuh orang masuk ke rumah untuk bernegosiasi dengan pemilik rumah. Sedangkan ratusan massa yang lainnya di halaman rumah untuk menyampaikan tuntutannya menutup gereja tersebut.

“Setelah kami kroscek ternyata rumah itu sudah lama sekali untul tempat ibadah, sudah 15 tahun,” terang Joko.

Sabtu siang, ratusan anggota LUIS mendatangi rumah ibadah milik keluarga besar Gereja Injili di Indonesia (GIDI) di Joyotakan, Serengan, Solo. Aksi itu dipicu pembakaran masjid yang terjadi di Papua Jumat (17/7).

Informasi yang diperoleh Solopos.com, rumah yang berada di Jl. Rebab No 17 RT 005 /RW 003 tersebut milik seorang warga dari Papua, Gren Kirenius T. Saat kejadian, yang bersangkutan tidak berada di tempat. Di sana hanya ada istrinya, Yusrina, yang merupakan pendeta, dan sejumlah kerabatnya.

Menurut warga, di rumah tersebut memang rutin menggelar ibadah setiap Minggu. Warga juga tidak pernah mempermasalahkan keberadaan rumah ibadah tersebut. Akibat kejadian itu, istri Gren Kirenius, mengalami trauma dan pingsan, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya