SOLOPOS.COM - Ilustrasi rumah Banjar. (Facebook/Warga Banjar Bersatu)

Solopos.com, SOLO — Sebagian Suku Banjar yang mendiami di Kalimantan Selatan masih mempercayai pemali atau pamali. Pamali Banjar yang menjadi alat kontrol sosial memiliki makna tersendiri bagi masyarakat setempat.

Pamali sendiri merupakan salah satu khazanah sastra lisan di Tanah Kalimantan. Meski fenomena pamali sudah tergerus dengan perkembangan zaman, pemali Banjar masih dipercaya sebagian masyarakat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pemali Banjar memiliki keterkaitan dengan mitos-mitos yang berada di masyarakat. Mitos di masyarakat itulah yang membuat pamali masih bertahan di Kalimantan Selatan hingga sekarang.

Dikutip dari jurnal ilmiah Mabasan, Minggu (9/1/2022), Pamali Banjar kerap digunakan orang tua zaman dulu untuk meyampaikan pesan-pesan kepada anak hingga cucunya. Pesan-pesan penuh makna itu menyiratkan kepercayaan mereka tentang segala fenomena yang ada di dalam kehidupan sehingga dapat bertahan hingga sekarang.

Baca Juga: Pamali Suku Banjar: Tidur di Tempat Imam Salat Dipindah Hantu Badak

Pamali atau pantangan membekas dan mewakili di kehidupan masyarakat Banjar hingga turun-temurun. Kepercayaan lokal pada pamali memberikan isyarat kehidupan Suku Banjar sebenarnya. Pamali mengajarkan cara berinteraksi dengan alam, bersikap dan bertingah laku dengan sesama manusia.

Pemali dalam masyarakat Banjar ialah ungkapan-ungkapan yang mengandung semacam larangan atau pantangan untuk dilakukan. Pemali bagi masyarakat Banjar memiliki posisi sekaligus berfungsi sebagai kontrol sosial bagi seseorang dalam berkata, bertindak, atau melakukan suatu kegiatan.

Larangan Tidur di Mihrab

Di antara beberapa pamali yang beredar di masyarakat, Suku Banjar yang dikenal religius memiliki ‘pamali gurig di paimaman, bisa diangkat hantu badak’ (Pemali tidur di tempat imam salat, dapat diangkat hantu badak).

Baca Juga: Diadopsi Ivan Gunawan dan Celine Evagelista, Apa Itu Spirit Doll?

Masjid dan musala yang banyak berdiri di Kalimantan Selatan biasa digunakan untuk ibadah salat berjamaah lima waktu. Keberadaan tempat ibadah itu dianggap suci dan sakral sehingga orang tidak boleh sembarangan melakukan hal-hal yang di luar norma. Pamali Banjar ini makna masyarakat harus berbuat sopan di tempat ibadah.

Mihrab atau tempat imam menjadi bagian yang dianggap sakral di masjid atau di musala. Ruang kecil ini dianggap sakral karena digunakan imam memimpin salat berjamaah. Oleh karena itu mihrab tidak boleh dilakukan sembarangan.

Pamali atau pantangan terbesar bagi Suku Banjar di mihrab yaitu menjadikan tempat tidur. Padahal dalam Islam sendiri tidak ada larangan untuk tidur di dalam masjid. Namun, masyarakat Banjar masih percaya dengan adanya sosok hantu badak sebagai penunggu masjid atau musala. Hantu yang penuh misteri itu disebut tidak menyukai orang yang tidur baik dengan sengajat atau tidak di mihrab imam.

Baca Juga: Pamali Suku Banjar: Tak Boleh Bawa Bayi ke Tengah Hutan, Ini Alasannya

Orang yang nekat tidur di mihrab atau tempat imam memimpin salat, konon hantu badak akan memindahkan orang tersebut ke tempat yang tidak dapat ditebak. Masyarakat Banjar kerap mendengar cerita orang yang tiba-tiba berada di tong beduk karena sebelumnya tidur di mihrab. Mereka meyakini bahwa orang tersebut telah dipindah hantu badak yang tidak menyukai perbuatannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya