SOLOPOS.COM - Ilustrasi penggilingan gabah. (Bisnis)

Solopos.com, SUKOHARJO — Sukoharjo menjadi kabupaten satu-satunya di Jateng yang masuk lima besar daerah terproduktif dalam penilaian Indeks Ketahanan Pangan (IKP) tingkat nasional. Surplus produksi padi setiap tahun menjadi faktor penentu penilaian penghargaan IKP 2021 yang menempatkan Sukoharjo pada ranking empat secara nasional.

Kepala Dinas Pangan Sukoharjo, Endang Tien Maryuni, menyatakan Sukoharjo merupakan satu-satunya daerah di Jawa Tengah yang mampu menduduki peringkat lima besar secara nasional. Peringkat lima besar lainnya sebagian dari wilayah Bali.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ada beberapa indikator penilaian seperti ketersediaan, akses atau keterjangkauan baik secara fisik dan ekonomi serta stabilitas atau keberlangsungan,” katanya saat ditemui wartawan di Gedung Setda Sukoaharjo, Selasa (5/10/2021).

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Ladalah! 365.803 Buruh Sukoharjo Tercatat Belum Punya Jaminan Sosial

Sukoharjo sebagai daerah penyangga produksi padi di Jawa Tengah mampu menjaga surplus padi setiap tahun yakni 119.792 ton. Hal itu memastikan stok beras yang disimpan di gudang cadangan makanan selalu surplus dan menjamin ketahanan pangan Sukoharjo.

Menurut Endang, ada enam daerah terproduktif dalam memasok stok beras yakni Weru, Nguter, Sukoharjo, Bendosari, Polokarto, dan Tawangsari. “Kami mengapresiasi para stakeholder termasuk paguyuban penggilingan padi yang telah berkontribusi menjaga surplus padi dan beras,” ujarnya.

Selama ini, pemerintah menerapkan sistem pencadangan pangan guna mengantisipasi kondisi darurat rawan pangan dengan membangun gudang cadangan pangan di Kelurahan Joho, Kecamatan Sukoharjo pada 2016. Gudang cadangan pangan itu berkapasitas 100 ton beras.

Baca Juga: Waduh, Banyak NIK Lansia Sukoharjo Peserta Vaksinasi Tak Bisa Diinput

Sistem pencadangan untuk ketahanan pangan di Kabupaten Sukoharjo diperkuat payung hukum berupa Perda No 13/2016 tentang Penyelenggaraan Cadangan Pangan di Sukoharjo.

“Masyarakat didorong untuk melakukan budidaya tanaman pangan dengan memanfaatkan lahan kosong. Mereka bisa menanam beragam jenis sayuran dan buah-buahan,” papar Endang.

Budidaya tanaman pangan telah dilakukan setiap kelompok wanita tani (KWT) di setiap desa/kelurahan. Anggota KWT mendapatkan penghasilan tambahan dari penjualan sayuran yang ditanam di halaman pekarangan dan kebun. Pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya