SOLOPOS.COM - Program Keluarga Harapan (gresikkab.go.id)

Solopos.com, KLATEN – Angka graduasi atau keluar keluarga penerima manfaat program keluarga harapan atau KPM PKH di Klaten pada 2020 melebihi target Kementerian Sosial (Kemensos) yakni graduasi 10 persen dari total penerima bantuan.

Di Jawa Tengah, Klaten masuk peringkat enam besar sebagai kabupaten/kota dengan jumlah graduasi KPM KPH tertinggi sepanjang 2020. Di Klaten sepanjang tahun lalu ada 13.153 keluarga keluar dari data KPM. Sedangkan pada 2019, jumlah KPM PKH yang tergraduasi sebanyak 5.153 KPM.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Koordinator Kabupaten Pendamping PKH Klaten, Theo Markis, mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan graduasi KPM PKH selama masa pandemi Covid-19 justru lebih tinggi.

Baca juga: Truk Sasak Rumah Bayan di Kepoh Klaten, Tukang Ojek Mangkal Lolos dari Maut

Ekspedisi Mudik 2024

Faktor itu salah satunya ada inclussion error atau sejak awal menerima bantuan sudah tak layak hingga dilakukan pembaruan data dan penerima tersebut tak lagi masuk dalam daftar KPM PKH.

Faktor lain yakni program Pemkab Klaten berupa penempelan stiker bertuliskan keluarga miskin di rumah warga penerima bantuan sosial (Bansos) pada akhir 2019 silam.

Program itu berdampak pada sebagian keluarga penerima Bansos termasuk PKH di Klaten mengundurkan diri salah satunya lantaran merasa tak layak mendapatkan bantuan.

Baca juga: Dapat Rp260 Juta dari Ganti Rugi Tol, Warga Klaten Mundur dari Penerima Bantuan PKH

“Faktor lain karena memang dari penerima PKH melakukan transformasi hidup. Dari pendampingan yang diberikan akhirnya bisa maju secara sosial dan ekonomi mereka meningkat,” kata Theo saat ditemui di Desa Kapungan, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Kamis (8/4/2021).

Seperti salah satu KPM PKH di Kecamatan Cawas yang bisa mandiri dari usaha angkringan setelah ada pendampingan melalui PKH.

“Salah satu penerima PKH menyisihkan bantuan yang diterima untuk modal bikin angkringan. Dari satu gerobak sekarang menjadi 15 gerobak angkringan hingga dia mengundurkan diri,” kata Theo.

Baca juga: Jos! Generasi Milenial Klaten Kembangkan Alga Demi Dukung Ketahanan Pangan

Theo mengatakan banyaknya pengurangan KPM PKH itu tak lepas dari para pendamping PKH di kecamatan. Mereka saban bulan menggelar pertemuan dengan KPM PKH untuk peningkatan kemampuan keluarga hingga pendekatan kepada keluarga yang tak lagi layak mendapatkan bantuan lantaran tak lagi masuk kategori keluarga miskin.

Di sisi lain, Theo menjelaskan meski tak lagi menjadi penerima bantuan, KPM PKH yang memilih mengundurkan diri tetap mendapatkan pendampingan. Hal itu dimaksudkan agar mereka tak jatuh miskin lagi alias Jamila.

“Setelah graduasi itu agar tidak menjadi Jamila dilakukan inventarisasi. Dari pemerintah pusat nanti akan disinkronkan datanya dengan program Kemensos. Jadi mereka yang graduasi dari KPM PKH tetap mendapatkan program pengembangan berikutnya,” kata dia.

Baca juga: Alhamdulillah, 98 Keluarga di Plawikan Klaten Dapat BLT DD Jelang Ramadan

Pendamping PKH Kecamatan Polanharjo, Klaten, Alan, mengatakan selama ini ada pertemuan rutin sekali dalam sebulan dengan KPM PKH.

Salah satu kegiatan yang dijalankan yakni edukasi kepada KPM PKH agar memanfaatkan bantuan semaksimal mungkin untuk pemberdayaan keluarga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya