SOLOPOS.COM - Serbuk jamu instan bikinan Kelompok Wanita Tani (KWT) Matahari di Dukuh Kebonagung RT 002/RW 001, Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Senin (20/12/2021). Serbuk jamu instan itu laris manis di pasaran offline dan online. (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN – Emak-emak yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Matahari di Dukuh Kebonagung RT 002/RW 001, Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Klaten, mengaku semakin familier dengan kecanggihan teknologi. Tak hanya mengandalkan penjualan secara offline, emak-emak berjumlah 24 orang di Desa Jarum sudah mulai memanfaatkan marketplace sebagai lahan berjualan serbuk jamu instan secara online.

KWT Matahari di Desa Jarum berdiri 19 November 2018. Emak-emak yang tergabung di dalam KWT Matahari berusia dari 35 tahun-50 tahun. Sebelum bergabung di KWT Matahari, emak-emak tersebut rata-rata dikenal sebagai ibu rumah tangga (IRT).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca Juga: Kisah Nining Ariyani, Bangkit dari Pandemi Bersama KWT Matahari Klaten

Di KWT Matahari Desa Jarum, emak-emak itu sempat diajari menanam aneka sayuran dengan memanfaatkan lahan pekarangan di rumah masing-masing. Di tengah aktivitasnya, emak-emak KWT Matahari Desa Jarum di bawah kepemimpinan Sri Mulyani juga merambah empon-empon.

Mereka pun mulai fokus membikin serbuk jamu instan. Secara mengejutkan, produk serbuk jamu instan bikinan emak-emak KWT Matahari Desa Jarum mampu menjuarai Festival Jamu dan Kuliner tingkat Jateng di Cilacap di akhir 2019.

Saat itu, produk serbu jamu asal Jarum ini mengalahkan produk unggulan dari berbagai daerah lain di Jateng. Prestasi juara I itu membuat emak-emak asal Jarum menjadi lebih termotivasi. Selanjutnya, mereka semakin menggencarkan produksinya.

Baca Juga: Hebat! 20 Makanan dan Minuman Olahan Produksi UMKM Klaten Tembus Toko Modern

Di awal pandemi Covid-19, serbuk jamu instan bikinan emak-emak KWT Matahari Desa Jarum kebanjiran order. Saat itu tak hanya dari berbagai daerah di Tanah Air, permintaan jamu dilakukan hingga Korea Selatan (Korsel) dan Hong Kong. Jamu diyakini warga dapat meningkatkan imunitas tubuh di tengah pandemi Covid-19.

Di awal usahanya, KWT Matahari Desa Jarum sudah menyadari betapa pentingnya tim marketing. Tak heran, KWT Matahari Desa Jarum langsung membentuk tim marketing yang salah satunya digawangi Nining Ariyani, 40. Tim marketing terdapat empat orang. Hal tersebut termasuk Sri Mulyani selaku ketua KWT Matahari di Jarum.

Nining Ariyani cs yang biasanya memberesi pekerjaan rumah tangga mulai memanfaatkan kecanggihan teknologi secara sederhana. Mereka memanfaatkan WhatsApp (WA) dan media sosial (medsos) sebagai tempat berjualan.

Baca Juga: Ini Daftar 20 Produk UMKM Klaten yang Sukses Tembus Toko Modern

Medsos yang digunakan berjualan, seperti Facebook (FB) dan Instagram (IG). Penjualan serbuk jamu instan secara online dinilai dapat melengkapi penjualan secara offline (melalui pameran dan getok tular).

Sebagaimana diketahui, KWT Matahari Desa Jarum memproduksi aneka serbuk jamu instan dari berbagai macam empon-empon, seperti jahe, kunyit, kencur, temu lawak, dan lainnya. Dalam perkembangannya, emak-emak di KWT Matahari Desa Jarum terus berbenah.

Sekarang, seluruh anggota KWT Matahari Desa Jarum sudah memegang smartphone. Mereka belajar dari orang-orang terdekat untuk mengoperasikan smartphone. Tak jarang, mereka juga belajar dari anak-anak mereka yang tergolong generasi milenial agar dapat mengoperasikan smartphone.

Baca Juga: Kemenkes Dorong Penggunaan Jamu yang Aman, Higienis, dan Bemanfaat

Meski seluruhnya menggunakan smartphone, urusan pemasaran tetap menjadi tugas utama dari tim marketing. “Saya sendiri awalnya bingung juga harus ndudul-ndudul smartphone dengan satu jari. Tapi ini sudah menjadi keharusan, makanya harus belajar. Akhirnya bisa juga. Ternyata, jualan secara online itu memudahkan. Cukup dengan rebahan atau menonton sinetron Mas Al [Ikatan Cinta], sudah bisa berjualan jamu,” kata Nining Ariyani, 40, salah satu tim marketing KWT Matahari saat ditemui Solopos.com, di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Senin (20/12/2021).

Nining Ariyani mengatakan emak-emak yang tergabung di KWT Matahari Desa Jarum juga sudah terbiasa memanfaatkan WhatsApp Group (WAG) untuk membahas kemajuan KWT. Sering kali, emak-emak KWT Matahari memanfaatkan WAG untuk merencanakan perkumpulan bulanan ataupun menyiapkan perencanaan pameran/event, baik di Klaten atau pun di luar Klaten.

Baca Juga: Wah! Peneliti Jamu dari UNESCO Kunjungi Sentra Jamu Nguter Sukoharjo

“Di Jarum itu yang dikenal batik. Sekarang, serbuk jamu instan ini juga sudah dikenal masyarakat luas. Ketika ada kunjungan dari pejabat atau dari pelajar, serbuk jamu instan ini pasti diikutkan,” katanya.

Memasuki November 2021 bisa disebut era baru bagi KWT Matahari Desa Jarum. Sejak saat itu, emak-emak KWT Matahari Desa Jarum, utamanya tim marketing mulai belajar memanfaatkan marketplace.

Hal ini dilakukan untuk memperluas jangkauan pasar. Untuk dapat memanfaatkan marketplace, emak-emak tersebut belajar dari mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja yang kebetulan menggelar Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Jarum.

Baca Juga: Produk Jamu Langsung Minum Laris, D’Jamoe Madiun Kembangkan Jamu Bubuk

“Kami ini gagap soal itu [marketplace]. Tapi, kami diajari satu per satu. Bagaimana cara masuknya, cara pegang ponsel, update foto dengan caption menjual, cara mengundang pelanggan, dan lainnya hingga goal. Pas praktik di rumah mengalami kendala, ya saya tanya ke anak yang duduk di bangku SMK. Ternyata, bisa juga setelah sinau. Saat ini hasil di marketplace memang belum terlihat signifikan. Tapi setidaknya sudah semakin banyak yang mengetahui produk kami di marketplace,” katanya.

Hal senada dijelaskan Etik Muntana H. Sehari-harinya, dirinya yang sering berkecimpung sebagai seorang ibu rumah tangga (IRT) juga mendalami cara berjualan secara online.



“Di KWT Matahari Desa Jarum itu sudah keren. Sudah sampai ngurusi marketplace, jualan di Tokopedia dan Shopee [dengan toko bernama KWT Matahari]. Produk kami ini memang punya ciri khas, yakni tanpa ampas dan rasa empon-emponnya sangat kuat,” katanya.

Baca Juga: Pemerintah Desa Sendang Wonogiri Sediakan Marketplace Khusus UMKM

Selain secara online, lanjut Etik Muntana, produk serbuk jamu instan KWT Matahari Desa Jarum sebenarnya sudah menembus hingga toko modern. Namun, produksi serbuk jamu instan belum mampu memenuhi pasaran di toko modern.

“Produksi kami dalam satu bulan itu hanya 75 kilogram. Kalau disuruh menyuplai toko modern di Klaten, kami belum mampu [harga serbuk jamu instan bervariasi dari Rp10.000-Rp35.000]. Akhirnya, kami menjual semampunya terlebih dahulu,” katanya.

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Desa Jarum selaku Pendamping KWT Matahari, yakni Irwan, mengatakan produk serbuk jamu instan bikinan emak-emak di Desa Jarum masih bisa berkembang di waktu mendatang. Terlebih, pasar online masih terbuka lebar.

Baca Juga: Marketplace dan Online Shop, Serupa tapi Tak Sama

“Sekarang ini eranya digital. Mau enggak mau juga harus digarap [pemasaran serbuk jamu instan di Tanah Air sudah mencapai Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Papua, Jawa, dan lainnya],” katanya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, rumah produksi serbuk jamu instan di KWT Matahari semula berada di Dukuh Kebonagung RT 005/RW 001, Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Klaten. Sekarang, rumah produksi itu dipusatkan di Dukuh Kebonagung RT 002/RW 001, Desa Jarum, Kecamatan Bayat. “Produksi serbuk jamu instan ini masih dilakukan secara manual,” kata salah satu tim produksi KWT Matahari Desa Jarum, yakni Sainem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya