SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Lele Kremes Ashari (JIBI/SOLOPOS/Adib Musttaqin Asfar)

Bicara pengalaman menjual terang bulan, bukan kali ini saja Kurniawan melakukannya. Di kota kelahirannya, Jakarta, dan kota-kota lain, dia sudah lebih dulu memperkenalkan brand Martabak Bolu. Produk ini sebenarnya nyaris sama, namun karena orang Solo lebih mengenal nama terang bulan, maka Kurniawan berniat membuat citra yang berbeda.
Khusus di Solo, Kurniawan memberikan nama Terang Bulan Bolu bagi produknya. Dengan kemasan yang berbeda, dia memang mengharapkan produknya bisa tampil berkelas meskipun harganya tak jauh berbeda. Salah satu langkahnya adalah dengan mendaftarkan Terang Bulan Bolu sebagai makanan khas Solo dan resmi menjadi oleh-oleh wisata.
“Saya sedang berusaha mengajukan ini sebagai makanan khas Solo ke Dinas Pariwisata,” katanya.
Mengapa Solo? Kurniawan punya alasan sederhana. “Saya memang cinta Solo dengan unsur etniknya, kultur dan kesederhanaannya.” Itu juga yang menginspirasi kemasan produknya menjadi kental dengan unsur Solo. Kemasan itu dipenuhi warna coklat dan unsur batik yang kental.
Upaya itu tak sia-sia karena usaha Kurniawan telah berekspansi ke berbagai kota dengan model bagi hasil. Namun tidak seperti franchise atau model kemitraan lain, mitra boleh menjual produk terang bulan ini dengan berbagai merek. Mereka boleh membranding sekreatif apapun, namun bahan dan produknya tetap sama. “Saya cuma mau membantu orang agar bisa mandiri, kalau franchise berarti mereka hanya menjual barang saya, bukan mandiri,” kata alumnus Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti ini.
Paket usaha tersebut ditawarkan mulai dari Rp10 jutaan. Kini produknya sudah bisa ditemukan di Jakarta, Medan, Bogor, Cirebon dan Balikpapan. Sedangkan Terang Bulan Bolu hanya bisa ditemukan di gerai Kurniawan di Solo.
Begitu pula dengan mimpi Ashari saat ini. Saat ini Ashari memang baru mendirikan satu gerai di halaman rumahnya karena belum genap satu tahun berdiri. Rencananya dia juga ingin membranding Lele Kremes-nya lebih luas dan kemungkinan bisa di-franchise-kan.
“Tetap suatu hari nanti saya beli alat yang besar, kita perluas dan saya franchise-kan. Itu mimpi saya, tapi sekarang kan masih baru,” katanya.
Usaha ini pun menunjukkan kemajuan. Dengan tampilan berbeda, gerai lelenya mampu menyedot pengunjung antara 40-50 orang. Itu belum termasuk pesanan luar biasa yang bisa mencapai puluhan porsi.
Ashari memang tidak main-main dalam mengemas gerai lelenya. Tempat usaha yang dulunya garasi mobil itu tidak seperti warung biasa, namun mirip seperti restoran atau kafe bambu dengan pilihan tempat duduk dan lesehan. Di atasnya juga dilengkapi neon box yang sebenarnya sisa dari warnetnya yang telah tutup.
Namun Ashari mengakui kemasan yang berbeda dengan warung pecel lele itu membuat segmentasi pasar tersendiri. Menurutnya tampilan gerai itu membuat sebagian orang khawatir dengan harganya. “Sepertinya banyak orang yang khawatir kalau di sini mahal. Akhirnya saya pasang harga itu di depan.”

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

JIBI/SOLOPOS/Adib Musttaqin Asfar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya