SOLOPOS.COM - Makam Tionghoa kuno di tengah pemukiman padat penduduk di Semarang yang masih utuh (Sumber: Youtube/J Christiono)

Solopos.com, SEMARANG — Jejak awal mula keberadan etnis Tionghoa di Indonesia, khususnya di tanah Jawa terbukti dengan adanya makam-makam kuno warga Cina. Semarang, Jawa Tengah adalah kawasan yang paling banyak dihuni para pendantang asal Tiongkok pada abad 17 lalu. Hal ini dibuktikan banyaknya makam-makam kuno milik warga Cina yang tersebar di Semarang.

Dilansir dari Liputan6.com, Rabu (17/11/2021), salah satu makam kuno etnis Tionghoa yang ditemukan di Semarang adalah Batu Nisan Tionghoa yang dikenal dengan istilah Hokian Bongpay. Selain sebagai makam, batu nisan ini adalah bukti mengenai awal keberadaan etnis Tionghoa di Semarang saat itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain Batu Nisan Tionghoa, ditemukan juga tanah pemakaman etnis Tionghoa di puncak bukit Bergota, Randusari, Kecamatan Semarang Selatan. Banyak ditemukan makam Tionghoa atau dikenal dengan sebutan Bong Cina tapi tidak dapat teridentifikasi karena kondisinya yang bobrok. Bagian yang berbentuk seperti punggung kura-kura banyak yang hancur dan hangus karena dipakai oleh penduduk setempat untuk membakar sampah. Tapi ada satu identitas yang masih dapat diuaraikan, yaitu makam seorang wanita bernama Thio Koen Tjie.

Baca Juga: Ngeri! Ada Makam China Kuno di Tengah Kampung Semarang

Kemudian ada satu makam di kompleks yang sama dengan nama marga Thio juga. Hal ini diasumsikan bahwa biasanya kompleks makam etnis Tionghoa dibangun berdasarkan silsilah keluarga. Oleh sebab itu dalam satu kompleks makam etnis Tionghoa memiliki kemungkinan besar bahwa mereka adalah satu keluarga besar.

Namun ada hal yang membingungkan dari kuburan yang ditemukan ini di mana biasanya dalam kuburan kuno China menganut sistem penanggalan kekaisaran. Pada makam itu dicantumkan nama kaisar dan tahun pemerintahannya yang terukir di batu nisan tersebut untuk menandai tanggal kematian, dan di kuburan milik keluarga Thio ini tidak ada perincian tersebut.

Pakar pemakaman etnis Tionghoa di Indonesia dari Perancis, Dr Claudine Salmon, mengatakan penghilangan detail kekaisaran sering digunakan ketika seseorang tidak ingin merujuk pada dinasti atau jenis perhitungan lain, seperti era Kristen atau tahun Masehi berdirinya Republik Tiongkok.

Baca Juga: Indahnya Wisata Alam Jurang Jero Magelang, Dulunya Desa yang Hilang

Dilihat dari prasasti di makam yang ditemukan, dia percaya sistem penanggalan yang digunakan didasarkan pada siklus 60 tahun. Kelemahan dari sistem ini adalah tidak mungkin untuk menentukan tanggal makam secara akurat. Dengan penemuan ini, banyak ahli sejarah yang mengharapkan adanya upaya pelestarian makam-makam tersebut dari pemerintah.

Namun seperti yang diketahui, justru banyak makam-makam kuno Tionghoa yang  sekarang sudah beralih fungsi menjadi pemukiman padat penduduk. Seperti yang sudah diberitakan Solopos.com, pemukiman di atas makam kuno China ini sudah bermula sejak tahun 1900an, era Orde Baru, di mana pemerintah mengiizinkan penggunaan makam sebagai lahan membangun pemukiman.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Wikipedia dan beberapa sumber lainnya, Indonesia memiliki jumlah populasi etnis Tionghoa terbanyak di dunia di luar Tiongkok dengan jumlah sekitar 7,6 juta jiwa (3% dari jumlah penduduk Indodnesia)  tersebar di seluruh Indonesia dan Kota Semarang menjadi salah satu kota di Indonesia dengan populasi etnis Tionghoa terbanyak.

Baca Juga: Mie Ongklok Wonosobo: Anget Kemebul Nilai 10

Hingga berita ini ditulis, belum ada jumlah pasti terkait populasi etnis Tionghoa di Semarang, namun mengingat banyaknya saudagar-saudagar dari Tiongkok yang datang ke Semarang pada abad ke-17 silam, salah satunya adalah Laksama Cheng He beserta para awaknya yang saat itu mendarat ke Kerajaan Demak, membuat Semarang memiliki nuansa Tionghoa yang sangat kental dan meninggalkan sejumlah peninggalan, seperti makam-makam kuno

Selain banyaknya ditemukan makam-makam kuno Tionghoa, Semarang juga memiliki vihara-vihara denga arsitektur khas Tiongkok yang kuat, seperti Vihara Buddhagaya Watugong, Ungaran yang merupakan wisata pagoda  tertinggi di Indonesia dan Vihara Sam Poo Kong yang ada di Jalan Simongan Raya, Kota Semarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya