SOLOPOS.COM - Makam kuno peninggalan Belanda bernama Makam Kerkop Dezentje di Desa Candi, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. (Istimewa/Dokumentasi Pemkab Boyolali)

Solopos.com, BOYOLALI — Salah satu saksi bisu sejarah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah dapat ditemui di Kecamatan Ampel, yakni makam kuno peninggalan Belanda bernama Makam Kerkop Dezentje.

Di lokasi tersebut diyakini terdapat makam kuno. Makam yang terkesan kurang mendapatkan perhatian ini dibangun 1839. Salah satu pemerhati sejarah Boyolali, Surojo, mengatakan kompleks makam peninggalan Belanda tersebut berada di wilayah Desa Candi, Kecamatan Ampel.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kompleks permakaman Belanda di Ampel itu sempat menjadi sorotan karena berbagai bentuk bangunan makam model Eropa ada di sana. “Di makam tersebut saya lihat memiliki model makam yang sangat komplet. Semua model makam Eropa ada disana,” ujarnya seperti dilansir dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Boyolali di boyolali.go.id pada Minggu (27/3/2022).

Baca Juga : Populer Berkat Pemandangan Nan Indah, Ini Sejarah Unik Selo Boyolali

Tulisan tentang makam Belanda di Ampel ini diunggah di laman resmi Pemkab Boyolali pada Juli 2020. Surojo menyampaikan itu berdasarkan buku Djocja Solo Beeld van Vorstenlanden karangan Bruggen dan Wassing. Keluarga Dezenjte kala itu merupakan keluarga pemilik perkebunan yang amat disegani di wilayah Surakarta atau Soloraya saat ini. Tanahnya mencakup hampir separuh dari wilayah Kabupaten Boyolali yang sekarang.

Usaha perkebunan keluarga itu dirintis Johannes Augustinus Dezenjte pada 1797 hingga 1839. Capaian pada tahun 1810-an menjadikan Dezentje pioner perkebunan di tanah Vorstenlanden. “Johannes Agustinus Dezentje atau biasa disebut sebagai Tinus Dezentje adalah putra dari seorang pengawal berkebangsaan Eropa untuk raja dari Kasunanan Surakarta bernama August Jan Caspar [1765-1826],” ujarnya.

Baca Juga : Masjid Cipto Mulyo Pengging, Masjid Tertua di Boyolali Peninggalan PB X

Dikisahkan, kendati memiliki darah Eropa, gaya hidup Tinus Dezentje seperti seorang bangsawan Jawa. Pendeta S. Buddingh, lanjut Surojo, menuturkan bahwa kediaman Tinus Dezentje bergaya rumah bangsawan Surakarta atau bupati di Jawa. Rumah dilengkapi kebun binatang dan tembok tebal mengelilingi rumah. Bangunan menyerupai benteng yang diperkuat dengan bastion dan gardu pengawas.

Musuh Pangeran Diponegoro

“Umur 18 tahun Tinus Dezentje menikahi Johanna Dorothe Boode. Berselang 3 tahun kemudian untuk memperluas tanah perkebunannya Tinus Dezentje menikahi kerabat Raja Surakarta bernama Raden Ayu Tjokrokoesoemo,” katanya.

Pemerhati budaya dari Forum Budaya Mataram, Kusumo Putro, mengatakan saat Perang Jawa tahun 1825-1830 berlangsung, kondisi ini mengancam bisnis perkebunan milik Tinus Dezentje. Untuk menjamin keamanan bisnisnya, Tinus Dezentje rela mengeluarkan biaya dengan mempekerjakan 1.500 serdadu asing. Kemudian, serdadu itu dikenal sebagai Detasemen Dezentje.

Baca Juga : Museum Hamong Wardoyo Boyolali Punya Ratusan Koleksi Unik, Apa Saja?

Detasemen ini merupakan hulptroepen atau pasukan pembantu militer Belanda. Atas permintaan Jenderal De Kock, Dezentje mempengaruhi Sri Susuhunan untuk bersikap netral dalam Perang Jawa. Untuk jasanya ini, Kerajaan Belanda memberikan penghargaan berupa Orde de Nederlandse Leeuw kepada Tinus Dezentje.

Tinus Dezentje meninggal pada 7 November 1839 dalam usia 42 tahun. Ia mewariskan lahan perkebunan seluas 1.275 hektar. “Dezenjte adalah salah satu musuh Pangeran Diponegoro karena orang ini pasukan Pangeran Diponegoro agak keteteran ketika bertempur di Ungaran. Lokasi pertempurannya tepat di seberang jalan Pabrik tekstil. Ada makam salah satu senopati Pangeran Diponegoro di situ,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya