SOLOPOS.COM - Mahfud MD melambaikan tangannya saat memasuki Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/10/2019). (Antara-Wahyu Putro A.)

Solopos.com, MALANG – Menkopolhukam, Mahfud MD, mengatakan perguruan tinggi menjadi institusi yang paling banyak digugat jika negara bermasalah. Pasalnya, selama ini banyak orang mendakwa perguruan tinggi gagal mencetak lulusan yang berintegritas.

Gugatan itu muncul lantaran hampir semua pengelola negara, khususnya para pengambil kebijakan dan pelaksana di tingkat strategis dan teknis adalah lulusa perguruan tinggi. Pernyataan itu disampaikan Mahfud MD dalam Rapat Terbuka dalam rangka Dies Natalis ke-57 Universitas Brawijaya, Minggu, (5/01/2020).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

"Perguruan tinggi dianggap hanya sebagai lembaga pencetak sarjana, bukan pencetak cendekiawan atau intelektual," katanya dalam keterangan resminya.

Ekspedisi Mudik 2024

Mahfud MD mengharapkan semua pihak segera membenahi diri. Mahfud MD mengatakan, tanggung jawab perguruan tinggi adalah mencetak kader bangsa yang intelek atau cendekia. Lulusan perguruan tinggi diharapkan mampu menjaga ideologi negara agar eksistensi bangsa dan negara kita terjaga dengan baik.

“Kesadaran kolektif itu sangat penting karena kalau kita gagal mengatasi masalah-masalah dekadensi moral melalui perguruan tinggi maka yang terancam adalah eksistensi bangsa dan negara. Oleh sebab itu perguruan tinggi harus menjadi kawah candradimuka pencetak kader bangsa yang menjadi penjaga dan penyebar nasionalisme,” sambung dia.

Secara sederhana nasionalisme diartikan sebagai pemahaman dan sikap memiliki, menjaga, dan membela Indonesia. Dengan demikian, perguruan tinggi harus menguatkan proses pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Bukan sekadar mencerdaskan otak anak-anak bangsa,” tegasnya.

Mencerdaskan kehidupan bangsa menurut Alinea IV Pembukaan UUD 1945 berarti menguatkan kualitas bekerjanya otak (logika dan rasionalitas) serta menjaga kemuliaan watak (moral dan integritas).

Mahfud MD menekankan upaya mencetak kader bangsa yang berbasis nasionalisme harus diarahkan untuk menjaga geopolitik Indonesia atau wawasan nusantara. Geopolitik yang dimaksud memiliki dua dimensi, yakni fisik dan non fisik. Dimensi fisik adalah geografi dan demografi, sedangkan dimensi nonfisik adalah ideologi dan konstitusi.

"Pada saat ini kita menghadapi problem yang terkait dengan perawatan pada yang fisik maupun non-fisik. Ada ancaman terhadap ideologi maupun teritori. Di sinilah letak pentingnya perguruan tinggi untuk mencetak kader bangsa," tegas Mahfud MD.

Menurut Mahfud MD, perguruan tinggi harus meningkatkan kesadaran dan kesiapan mental mahasiswa bahwa Indonesia didirikan untuk membangun kesejahteraan umum dan keadilan sosial. Apalagi dia menilai sarjana Indonesia punya berbagai keahlian dan mampu beradaptasi dengan era digital.

“Anak-anak muda kita cerdas-cerdas, mampu beradaptasi dengan era digital yang sangat canggih sehingga membangkitkan rasa optimis bahwa pada masa-masa yang akan datang Indonesia akan maju. Mimpi kita pada tahun 2045 kita sudah mencapai Indonesia Emas dan kita betul-betul masuk ke dalam empat atau lima besar negara termaju di dunia,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya