SOLOPOS.COM - Kasubdit Kontra Propaganda Direktorat Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Kolonel Sujatmiko (kanan) bersama Ketua FKPT Sulteng Nur Sangadji (kiri) memberikan keterangan kepada wartawan di Palu, Senin (23/5/2022). (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Solopos.com, PALU — Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) membentuk Duta Damai Dunia Maya sebagai upaya untuk menangkap pertumbuhan dan pengembangan radikalisme dan terorisme di Tanah Air.

Para Duta Damai Dunia Maya itu berasal dari kalangan mahasiswa dan penggiat media sosial.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Tujuan pembentukan Duta Damai Dunia Maya ini dalam rangka menangkal radikalisme,” ucap Kasubdit Kontra Propaganda Direktorat Pencegahan BNPT Kolonel Sujatmiko di Palu, Senin (23/5/2022).

BNPT terus berupaya menangkal paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme dengan menggunakan berbagai pendekatan, yang salah satunya mengedepankan pencegahan lewat pembentukan duta damai di seluruh provinsi.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Densus 88 Sita 791 Kotak Amal di Lampung, Diduga untuk Danai Terorisme

Saat ini, duta damai dunia maya telah dibentuk di 15 provinsi se-Indonesia, termasuk Sulawesi Tengah.

Di Sulawesi Tengah, terdapat 57 kader duta damai yang direkrut oleh BNPT bekerja sama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulteng.

Para kader duta damai tersebut merupakan mahasiswa dan pegiat media sosial yang mendapat edukasi terkait peningkatan kapasitas melalui asistensi bidang penulisan, desain komunikasi visual atau pembuat konten, serta bidang teknologi informasi.

Baca Juga: Peringati 19 Tahun Bom Bali, BNPT: Waspadai Terorisme!

Kepada para Duta Damai Dunia Maya, Sujatmiko mengingatkan penyebaran radikalisme dan terorisme menjadi salah satu masalah yang dihadapi bangsa Indonesia.

Radikalisme dan terorisme menjadi musuh negara karena memberikan ancaman terhadap ideologi negara serta kesatuan dan persatuan bangsa.

Dia mengatakan kelompok radikalisme dan terorisme cenderung memanipulasi dan membentuk politisasi agama dalam gerakannya, yang tidak lain untuk kepentingan paham dan gerakan mereka.

Baca Juga: The Habibie Center: Pandemi Ubah Wajah Radikalisme

Selain itu, kelompok dengan paham radikal dan teroris itu cenderung memusuhi kelompok lain yang tidak sependapat dengan paham mereka.

“Selain menggunakan ideologi agama, indikator kedua yaitu takfiri, yaitu selalu menyalahkan dan mengkafirkan kelompok yang tidak sependapat dengan mereka,” tambahnya.

Terakhir, kelompok radikalisme dan terorisme bersikap anti terhadap tasawuf dan tarekat. Padahal, lanjutnya, substansi dari tasawuf dan tarekat adalah sikap rendah hati, yang sejalan dengan anjuran agama untuk bersikap rendah hati kepada setiap manusia.

Baca Juga: Polres Sukoharjo Gelar Kajian Ramadan Bareng Eks Napi Teroris

Berkaitan dengan itu, Ketua FKPT Provinsi Sulteng M. Nur Sangadji mengatakan seluruh elemen dan komponen bangsa harus mengarusutamakan penanggulangan radikalisme dan terorisme.

“Maka, duta damai dunia maya, yang merupakan para mahasiswa sebagai kaum intelektual, harus mengambil peran dalam menangkal radikalisme dan terorisme,” kata Nur Sangadji.

Ia menyebutkan saat ini terdapat empat masalah yang dihadapi bangsa Indonesia, yakni radikalisme dan terorisme, korupsi, narkoba, dan ancaman bencana alam dan non-alam.

Baca Juga: Satgas Madago Raya Tembak Mati Satu DPO Teroris MIT di Sulteng

“Penanggulangan radikalisme dan terorisme masuk sebagai salah satu problem prioritas yang harus diselesaikan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya