SOLOPOS.COM - Luqmanul Chakim, etnimuskolog (Dokumentasi Luqmanul Chakim)

Solopos.com, WONOSOBO — Musik etnik atau musik tradisional dulunya bisa dikatakan salah satu kategori musik yang tersegmentasi, namun semenjak muncul  gelombang ‘Sobat Ambyar’ dari lagu-lagu Alm. Didi Kempot yang mulai disukai oleh kaum milenial hingga fenomena video klip Lathi yang dibuat oleh Weird Genius sampai menuai lebih dari 100 juta view di Youtube, seakan memberikan ruang lebar bagi musik etnik atau musik tradisional di kalangan kaum milenial saat ini.

Melalui dua fenomena ini, musik etnik atau tradisional mendapat sorotan tajam dan penggiat-penggiat musik tradisional dari kalangan milenial juga mulai bermunculan. Salah satunya adalah Luqmanul Chakim, seorang etnimusikolog asal Wonosobo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di usianya yang masih sekitar 27 tahun, pria yang akrab disapa Luqman ini sudah menjadi seorang produser musik di Wonosobo dan diirnya berkonsentrasi untuk mengembangkan bunyi-bunyi unik yang dihasilkan dari instrument khas daerah di Indonesia, salah satunya di Jawa Tengah.

Luqmanul Chakum, etnimusikolog 2
Luqmanul Chakum, etnimusikolog 2 (Dokumentasi Luqmanul Chakim)

Baca Juga : BUMN di Blora Diminta Bantu Pemulihan UMKM

Ekspedisi Mudik 2024

Sebagai seorang etnomusikologis lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Solo pada tahun 2017 silam, dirinya ingin membawa musik tradisional ke  dunia anak muda. Selama menggeluti dunia musik etnik, dirinya telah melakukan pertualangan dengan menjelajah ke berbagai daerah di Indonesia untuk mendokumentasi, meneliti, dan menyusun karya-karya baru.

Melalui wawancaranya dengan Solopos.com melalui platform pesan instan WhatsApp, Selasa (8/6/2021), Luqman mengatakan bahwa dirinya memulai pertualangan musik  etno-nya dari kampung halamannya, yaitu Wonosobo.

Petualangan Etnomusikolog

Di Wonosobo, Luqman melakukan riset dan dokumentasi mengenai alat musik Bundengan, sebuah alat musik berbasis kowangan. Kowangan sendiri adalah sebuah tudung yang lazim digunakan pengembala bebek atau yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan Sontoloyo  untuk melindungi diri dari paparan matahari dan hujan.

Hasil penelitiannya ini dia tuangkan dalam sebuah karya musik yang dia buat pada tahun 2020 silam berjudul ‘Bunyi Sembunyi’ yang sudah dirilis di berbagai platform digital, seperti Youtube dan Spotify. ‘Bunyi Sembunyi’ ini terlahir dari sebuah program mentoring yang dia ikuti di Jakarta pada Januari 2020 silam.

luqmanul chakim memakai bundengan
luqmanul chakim memakai bundengan (Dokumentasi Lumanul Chakim)

Program itu diinisiasi oleh salah satu produk  teknologi unggulan yang bertujuan untuk mewadahi para content creator muda untuk membuat sebuah karya. Luqman saat itu mengikuti program music composing yang dimentori langsung oleh Speech Composer dan juga Music Arranger Indonesia, Eka Gustiwana.

‘Bunyi Sembunyi’ juga dikatakan sebagai hasil inspirasi dari keberadaan alat musik tradisional yang semakin berkurang, baik pemainnya maupun peminatnya. Selain instrument Bundengan, Luqman juga memasukan unsur kesenian khas Banyumas, bernama  Jemblung.

Baca Juga:Ada Legenda di Kawah Sikidang yang Selalu Berpindah

Dalam kunjungannya di Banyumas saat itu, dia mencari kelompok  pemain Jemblung dan diakui sangat sulit. Meskipun pada  akhirnya kelompok pemain Jemblung ditemukan, rata-rata pemainnya sudah lanjut usia

“Bagi saya, semua musik tradisional mempunyai keunikan, seperti Jemblung yang hampir mirip Kecak, di mana Gamelan atau Calung dimainkan menggunakan mulut. Bagi saya ini seperti Beat Box yang meniru berbagai alat musik dengan suara mulut, jangan sampai ini punah,” kata Luqman kepada Solopos.com.

Kolaborasi Musisi Australia

Luqman yang juga pernah menempuh studi Journalism and Mass Communication di Thammasat University, Bangkok – Thailand selama  1 tahun pada 2015 silam ini juga menelusuri Demak dengan melakukan riset pada alat musik  unik yang dibuat oleh masyarakat setempat bernama Terompet Ngomong, dan dia juga sampai pernah terbang ke Lombok untuk penelitian instrument Gule Gendhing.

Luqmanul Chakim, produser musik etno
Luqmanul Chakim, produser musik etno (Dokumentasi Luqmanul Chakim)

Baca Juga : Ada Kisah Pohon Asam di Balik Nama Kota Semarang

Luqman juga pernah berkolaborasi dengan komposer Australia dalam acara Mapping Melbourne  pada tahun 2018 dan juga tampil di acara The Sound of Shadows di Sidney dan Melbourne di tahun yang sama.

Sebagai seorang etnimusikolog, dia sering mengunggah karya-karyanya di kanal sosial medianya, baik di Instagram @luq_music, Twitter @luq_music dan kanal Youtube Luqmanul Chakim. Salah satu karyanya selain ‘Bunyi Sembunyi’ adalah mengarasemen lagu Jawa ‘Lir-Ilir’ dengan memadukan suara Bundengan, Gamelan Jawa, Beat Box dan juga EDM.

Saat ini, dirinya sedang menggarap sebuah karya musik yang memadukan bunyi khas Wonosobo menjadi sebuah satu kesatuan bunyi dalam karya musik digital. Musik ini dia dedikasikan kepada warga perantauan Wonosobo di manapun berada supaya rasa kangen terhadap kampung halaman bisa terobati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya