SOLOPOS.COM - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Wikan Sakarinto, memberikan keterangan pers seusai Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Lengan Produksi untuk PBL (Problem/Product/Project Based Learning) dan Teaching Factory di kampus Politeknik Negeri Madiun (PNM), Rabu (11/5/2022). (Abdul Jalil/Solopos.com)

Solopos.com, MADIUN — Banyaknya lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) atau sekolah vokasi yang menganggur karena banyak faktor. Salah satunya karena pembelajaran di SMK terlalu fokus pada kemampuan hard skill dan mengabaikan kemampuan soft skill.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Wikan Sakarinto, seusai Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Lengan Produksi untuk PBL (Problem/Product/Project Based Learning) dan Teaching Factory di kampus Politeknik Negeri Madiun (PNM), Kota Madiun, Jawa Timur, Rabu (11/5/2022).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran terbuka per Februari 2022 sebanyak 8,40 juta orang atau tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 5,83%. TPT dari tamatan SMK masih merupakan yang paling tinggi dibandingkan tamatan jenjang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 10,38%. Sedangkan TPT yang paling rendah adalah kelompok lulusan sekolah dasar ke bawah, yaitu sebesar 3,09%.

Wikan menilai selama ini pembelajaran di SMK terlalu fokus pada hard skill. Sedangkan kemampuan soft skill dan karakter pelajar tidak begitu diperhatikan. Konsep pembelajaran seperti ini hanya akan menjadikan siswa hanya ahli di bidang tersebut, tetapi mereka tidak diajari bagaimana menggarap sebuah proyek yang riil dan pertanggungjawabannya profesional.

Baca Juga: Pikap Tabrak Truk di Tol Madiun, 3 Warga Karanganyar Tewas

“Pembelajaran [di SMK] memang ada praktik, tapi tidak ada pesanan. Bisa dibayangkan, siswa diajari ngelas. Tapi kan bukan pesanan. Mau cepat atau lambat, bagus atau jelek, murah atau mahal, enggak peduli. Karena habis ngelas cuma disimpan, bahkan hasilnya dibuang,” kata Wikan.

Menurutnya, pembalajaran model lama tersebut segera diubah dengan yang baru. Perbaikan sistem pembalajaran di SMK tersebut dimulai dengan penerapan Kurikulum Merdeka Belajar.

Melalui Kurikulum Merdeka, kata dia, murid di SMK akan fokus pada Project Based Learning atau menggunakan proyek/kegiatan sebagai media pembelajaran dan penguatan soft skill.

Baca Juga: Solopos Hari Ini: Masalah Pendidikan Vokasi

“Kurikulum Merdeka Belajar ini nantinya pelajaran-pelajaran teori seperti Matematikan, Bahasa Indonesia, dan lainnya akan dijadikan terapan. Melalui PBL, guru Bahasa Indonesia bisa ikut nimbrung. Jadi siswa nanti bisa presentasi bisa membuat laporan, itu kan Bahasa Indonesia terapan. Gurunya bisa ambil nilai dari situ,” terangnya.

Wikan menyampaikan melalui PBL ini, para murid di SMK atau sekolah vokasi akan terbiasa dengan menggarap proyek dari perusahaan. Sehingga tekanan pembuatan pekerjaan di dunia nyata dihadirkan dalam sekolah.

Dia menyebut program lengan industri untuk PBL antara PT Industri Kereta Api, perusahaan teknologi Dtech-Engineering, sekolah vokasi SMK PGRI 1 Mejayan, dan Politeknik Negeri Madiun, ini menjadi salah satu pilot project dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar.

Baca Juga: Bobol Jok Motor Petani di Madiun, Pria Ini Nyaris Dipukuli Warga

Melalui program tersebut, PT Inka sebagai industri pembuatan kereta api tahap awal ini akan memesan kursi di Dtech-Engineering. Kemudian Dtech-Engineering akan menggandeng SMK 1 PGRI  Mejayan beserta PNM untuk menggarap proyek tersebut.

“Jadi perusahaan [Dtech-Engineering] ini menjadi katalisator industri. Dtech akan bertanggungjawab kepada Inka dan akan melakukan supervisi siswa dan mahasiswa [yang menggarap proyek],” jelasnya.

Wikan mengklaim pada tahun ini akan ada 5.200 SMK yang menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar.

Mengenai hasil dari keberhasilan penerapan kurikulum baru tersebut, dia menyebut baru bisa dilihat tiga tahun mendatang. Hal ini karena kurikulum tersebut baru diterapkan sekarang.

“Kita tunggu saja. Nantinya akan lebih banyak entrepeneur. Sebelum mereka lulus sudah menggarap proyek-proyek,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya