SOLOPOS.COM - Gubernur Papua Lukas Enembe (kanan) didampingi penasehat hukumnya bersiap menjalani pemeriksaan di gedung Tipikor Bareskrim Polri , Jakarta, Senin (4/9/2022). - ANTARA/Reno Esnir

Solopos.com, JAKARTA — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mempertanyakan sikap dan alasan Gubernur Papua Lukas Enembe dan tim penasihat hukumnya yang lebih memilih berobat ke Singapura ketimbang rumah sakit di Indonesia.

KPK terus melakukan pendekatan persuasif agar Gubernur Papua Lukas Enembe kooperatif memenuhi panggilan penyidik.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

“Kami masih terus melakukan pendekatan secara persuasif supaya yang bersangkutan itu kooperatif. Kami akan tetap menghargai kesehatan yang bersangkutan. Itu kami sampaikan, baik lewat penasihat hukumnya maupun Kapolda dan Pangdam supaya dilakukan persuasif,” kata Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata, di Gedung Merah Putih KPK Jakarta, Senin (3/10/2022).

Langkah persuasif tersebut, kata dia, guna mencegah risiko yang timbul. Misalnya ada penjemputan paksa terhadap Lukas Enembe.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kami juga harus melakukan kalkulasi risiko yang mungkin timbul kalau ada pengambilan secara paksa. Efek sesudahnya, ya. Kami harus perhatikan. Itu bukan persoalan sulit untuk mengambil paksa dengan mengerahkan segala kekuatan. Tetapi, itu tadi risiko yang harus kami hitung di sana,” tutur dia.

Baca Juga : KPK Ungkap Risiko Kerusuhan di Papua, Jika Jemput Paksa Lukas Enembe

Sebelumnya, KPK telah memanggil Lukas Enembe untuk diperiksa sebagai tersangka di Gedung Merah Putih KPK Jakarta, Senin (26/9/2022). Namun, dia tidak memenuhi panggilan dengan alasan sakit.

Lukas Enembe, kata Alex, turut menyertakan surat keterangan dokter maupun medical record.

Dokter di Indonesia Hebat-Hebat

“Itu dibuktikan dengan surat keterangan dokter, baik dokter pribadi maupun medical record dan catatan medis dari dokter di Singapura. Berdasarkan keterangan medical record dan catatan dokter bahwa yang bersangkutan harus segera diperiksa periode tertentu secara rutin. Menurut medical record itu harus diperiksa,” jelasnya.

Namun, dia berharap Lukas Enembe dapat hadir terlebih dahulu di Gedung Merah Putih KPK Jakarta.

Baca Juga : KPK dan Aktivis Papua Minta Lukas Enembe Setop Provokasi Rakyat Papua

Di sisi lain, dia mempertanyakan pilihan Lukas Enembe berobat ke Singapura ketimbang di Indonesia. Kalau Lukas Enembe dari Jayapura, katanya, diperiksa di Singapura. Artinya akan melakukan penerbangan cukup jauh. Jarak itu lebih jauh daripada yang bersangkutan dari Jayapura ke Jakarta.

“Apakah harus di Singapura yang bersangkutan diperiksa? Sudah beberapa kali saya sampaikan bahwa kami periksa. Kami lihat dahulu kondisi yang sebenarnya itu seperti apa. Jantung, diabetes, atau penyakit yang lain,” ucap Alex.

Alex menegaskan bahwa di Indonesia tidak kekurangan dokter-dokter kompeten, seperti dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.

“Saya sampaikan di Indonesia juga tidak kurang dokter yang ahli di bidang itu. Di Cipto Mangunkusumo kan itu berkumpulnya para dokter yang hebat. Termasuk, di RSPAD,” ungkap dia.

“Kami bawa ke dokter-dokter paling hebat di sini dan kami bantarkan kalau memang yang bersangkutan itu harus dirawat. Kami bantarkan sampai dokter menyatakan sembuh dan siap dilakukan pemeriksaan. Itu sebetulnya yang kami tawarkan ke yang bersangkutan,” imbuhnya.

Baca Juga : Aktivis Papua Minta Lukas Enembe Hadapi Proses Hukum di KPK

KPK telah menetapkan Lukas Enembe sebagai tersangka kasus dugaan suap dan gratifikasi pekerjaan atau proyek yang bersumber dari APBD Provinsi Papua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya