SOLOPOS.COM - Ilustrasi suami-istri sedang depresi. (Freepik)

Solopos.com, SOLO-Aborsi juga membawa luka psikologis yang buruk pada pria. Pria yang pasangannya menggugurkan kandungan, baik atas perintahnya atau inisiatif si wanita sendiri, ternyata lambat laun akan mengalami depresi. Pria-pria yang terjebak dalam keputusan aborsi atau tidak akan merasa mengalami satu kegagalan besar dalam hidup jika sampai pasangannya melakukan tindak aborsi.

Namun, luka psikologis setelah aborsi  pada pihak pria wujudnya berbeda. Jika tidak ditangani bisa menimbulkan stres berkepanjangan.   “Yang laki-laki juga bisa mengalami trauma, trauma dalam arti dia lihat itu kan kondisi pasangannya kok jadi stres, jadi cepat marah, jadi ketakutan, malu dia, jadi merasa bersalah,” jelas Dian.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menuru lifeissues.org, luka psikologis dari aborsi yang biasa terjadi adalah terganggunya kinerja si pria di kantor dan hubungan si pria dengan wanita lain di masa yang akan datang. Si pria bisa menjadi sangat workaholic di kantor untuk meminimalkan perasaan bersalah yang mengalahkan logikanya, ataupun dia akan menjadi pengangguran karena merasa apapun yang dia kerjakan toh tidak bisa memperbaiki kesalahannya. Kemudian dia akan sulit untuk menjalin hubungan dengan wanita lain di masa depan karena trauma kesalahan di masa lalu.

Baca Juga: Ikuti 8 Kebiasaan Makan Ini untuk Melawan Peradangan

“Iya memang biasanya kan post traumatic abortion syndrome sebutannya ya [PAS] atau stres pasca aborsi itu kan terjadi pada perempuan. Kalau kita hamil terus diambil gitu anaknya secara paksa dan menggunakan peralatan yang bikin kita jadi nggak nyaman, pasti menimbulkan perasaan kecewa, perasaan cemas, perasaan marah terus jadi kehilangan rasa harga diri,” terang Dosen Psikologi Universitas Indonesia, Dian Wisnuwardhani, seperti dikutip dari Detik.com, Rabu (27/10/2021).

Luka psikologis akibat aborsi tersebut bisa berpotensi mengganggu hubungan yang dimiliki antara pria dan perempuan tersebut. “Kemudian ketika dia tidak bisa memaafkan dirinya juga karena sudah memaksakan kepada pasangannya untuk aborsi, akhirnya dia menjadi mengalami bisa terjadi mimpi buruk terus bisa juga jadi nggak mau bertemu dengan pacar yang itu karena kalau dia melihat pasangan atau pacarnya jadi terbawa-bawa dengan kata-kata aborsi itu,” lanjut Dian.

Baca Juga: Tiga Senjata Terbaik Lawan Penyakit Kardiovaskular, Mau Coba?

Oleh karena itu, Dian menekankan untuk berpikir masak-masak sebelum sepakat berhubungan seksual, untuk menghindari kemungkinan perilaku abusive seperti pemaksaan aborsi.

“Pengambilan keputusan untuk mau hamil atau tidak, kalau hamil dia mau bertanggung jawab nggak itu harusnya sudah diputuskan ketika mau melakukan hubungan seksual, sehingga bisa terhindar dari kondisi-kondisi yang dikatakan sebagai perilaku abusive di mana memaksakan kehendak diri untuk meminta pasangan kita melakukan aborsi, karena efeknya nggak cuman di hari itu tapi juga setelah itu,” tegas Dian.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya