SOLOPOS.COM - Bakul sayuran mengemasi pangan yang tidak laku dijual di pasar darurat kawasan Pasar Legi, Solo, Jumat (16/7/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO – Penerapan PPKM Darurat berdampak luar biasa kepada para pedagang di Pasar Legi Solo, Jawa Tengah. Para bakul sayur mengaku mengalami penurunan omzet hingga 50%. Meski demikian, mereka masih memiliki rasa peduli terhadap sesama warga yang mengalami kesulitan pada masa PPKM Darurat.

Reza, 24,  menunggu tiga orang kawannya, Jagad, Aria, dan Novian sembari membungkus 50 paket aneka sayur di dekat lapak bakul sayur area pasar darurat Pasar Legi, Solo,  Jumat (16/7/2021) pukul 07.00 WIB.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Para pemuda itu memiliki rutinitas bangun dini hari untuk membeli sayuran di Pasar Legi dan menyuplai sayuran ke sejumlah restoran, hotel, dan konsumen rumah tangga.

Baca juga: Ini Dia Dewanya Mi Ayam di Kota Solo, Sudah Pernah Coba?

Sejak pukul 04.00 WIB, Reza dan tiga orang temannya sudah memasok sayuran ke sejumlah pelanggan. Namun, Reza kembali lebih cepat ke Pasar Legi Solo karena konsumennya mengurangi pesanan.

Maklum, mayoritas pelanggan Reza merupakan sejumlah restoran dan hotel. Beberapa restoran lebih memilih mengurangi stok bahan baku hingga menyetop sementara waktu akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat dan penutupan jalan.

“Kami terdampak, sangat terdampak [PPKM] tapi mau gimana lagi? Kami gak bisa diam kalau melihat kondisi sekarang. Kami bisa bantu apa, kami bisa berbuat apa, dilakuin,” kata Reza kepada Solopos.com.

Omzet yang anjlok tidak hanya dirasakan Reza, semua bakul di pasar tradisional merasakan pengalaman serupa. Keresahan para bakul justru tidak membuat Reza dan tiga kawannya mau kalah dengan keadaan.

Baca juga: Geger Video Maria Vania Buka Baju, Tatonya Bikin Salah Fokus

Mereka berinisiatif menggalang donasi untuk membeli sayur dari para pedagang kecil. Sayur yang telah dibeli dibagikan secara cuma-cuma kepada warga yang menganggur maupun warga yang menjalani isoman di rumah.

Reza menjelaskan donasi yang terkumpul untuk membeli dagangan para perempuan bakul sayur. Mereka berbelanja dari satu pedagang ke pedagang lain supaya gerakan itu tidak menguntungkan satu pedagang saja.

Semua sayuran itu kemudian dikemas dan dibagikan kepada warga penerima manfaat di Pasar Legi Solo. Tetapi ada juga beberapa paket yang diantar ke rumah warga isoman menggunakan sepeda motor. Jarak paling jauh yang ditempuh sukarelawan mengantarkan pangan adalah ke pusat Kabupaten Sukoharjo.

Menurut Reza, para donatur tidak perlu khawatir mengenai dana yang disalurkan karena ada laporan keuangan yang diunggah melalui Instagram dengan akun @sayurgratissurakarta.

“Ada perasaan dengan bantuan ini kalau diambil habis senang karena berguna. Tapi di sisi lain masih banyak saudara yang membutuhkan,” jelas warga Kelurahan Banjarsari tersebut.

Baca juga: Kaget Didatangi Kapolres, Begini Nasib PKL Di Purwodadi

Omzet Turun

Reza memahami betul kesulitan warga yang terdampak ekonomi akibat Covid-19, apalagi ditengah masa PPKM Darurat. Bagaimana tidak, dia merupakan salah satu orang yang kehilangan mata pencaharian sebagai pedagang alat musik perkusi dan sebagai seniman. Baru berjalan dua bulan ini dia beraktivitas di Pasar Legi Solo.

Adapun tantangan para sukarelawan berupa keterbatasan personel untuk distribusi pangan sampai ke luar kota. Mereka harus berbagi waktu untuk mengantar pangan ke para pelanggan dan untuk warga.

Salah satu pedagang sayuran, Darmi, 46 menjelaskan omzetnya turun akibat PPKM hingga 50 persen. Pengurangan omzet mayoritas berkurangnya pasokan ke restoran dan hotel hingga penutupan jalan.

Unuk menghindari kerugian yang besar, dia  mengurangi jumlah kulakan sayur. Selain itu, ketidakpastian membuat dia harus memperbaiki sayur yang tidak laku dalam sehari. Dia membawa pulang dan membuang bagian sayuran yang layu, antara lain pakcoi dan kubis.

Baca juga: Pelaku Penganiayaan Seorang Nenek Di Boyolali, Seorang Perempuan?

Warga Kelurahan Gilingan tersebut juga memiliki penghasilan tambahan dengan menjual bakmi di kawasan Pasar Gede, Solo, setiap petang sampai malam. Tapi aktivitas berjualan bakmi dihentikan sementara waktu.

“Ini kan saya ambil [sayuran] dari pemasok [lerang] Merapi. Dibantu mas Reza. Ambil untungnya dikit. Sepenting pada mlaku,” paparnya.

Sama seperti Reza, Darmi mengatakan para bakul di Pasar Legi Solo mau berdonasi sebagai ucapan syukur masih bisa mendapatkan penghasilan meskipun nilainya kecil dibandingkan warga yang kehilangan mata pencaharian hingga tidak beraktifitas ke luar rumah akibat harus isoman.

“Karantina enggak bisa keluar cari apa-apa. Apa yang bisa dibantu, dikasih. Mesakne melihat orang yang seperti itu. Kami diberi kesehatan saja bersyukur,” kata dia.



Baca juga: SETOP COVIDIOT!!

Pasar Legi Solo Sepi

Sekjen Pasamuan Pasar Tradisional Surakarta, Wiharto, saat berbincang dengan Solopos.com beberapa hari lalu, menjelaskan pengunjung pasar tradisional berkurang hingga 60%. Para pelanggan bakul sayuran banyak  dari restoran, rumah makan, dan pedagang kaki lima yang beroperasi malam hari.

Selain itu, sejumlah warung makan memiliki sejumlah segmentasi konsumen yang menikmati makanan dengan makan di tempat, antara lain bakmi sehingga aturan makanan yang harus dibungkus mengurangi omzet bakul. Hotel dan restoran pun tidak membutuhkan pasokan pangan sebanyak ketika sebelum PPKM darurat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya