SOLOPOS.COM - Tim TNI, Polri, dan BPBD Sragen dibantu warga berpatroli di jalan penghubung Desa Tangkil dan Desa Kedungupit, Sragen Kota, yang tergenang air, Rabu (29/11/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Luapan Sungai Bengawan Solo merendam 676 hektare sawah di Sragen.

Solopos.com, SRAGEN — Luapan Sungai Bengawan Solo menggenangi areal persawahan seluas 676 hektare di sejumlah daerah mulai dari Sari, Kecamatan Plupuh, hingga Tangkil, Kecamatan Sragen Kota, Rabu (29/11/2017) dini hari. Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen mewaspadai peningkatan debit Bengawan Solo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Genangan air luapan Bengawan Solo itu juga terjadi di wilayah Bentak dan Patihan Kecamatan Sidoharjo, Tanon, serta Kedungupit, Kecamatan Sragen Kota. Sebanyak 25 personel Satuan Tugas (Satgas) BPBD Sragen terjun untuk patroli ke sejumlah lokasi yang tergenang air.

Kepala Pelaksana BPBD Sragen, Dwi Sigit Kartanto, saat dihubungi Solopos,com, Rabu sore, menyampaikan genangan air itu tidak hanya masuk ke areal persawahan tetapi sejak pukul 06.00 WIB juga menggenangi jalan-jalan kampung. Ketinggian air di ruas jalan mencapai 10 sentimeter-20 sentimeter.

“Data genangan air itu berasal dari Dinas Pertanian Sragen. Genangan ini kemungkinan memakan waktu lama untuk surut karena elevasi air Bengawan Solo berdasarkan pantauan di Jurug, Solo, masih siaga merah. Elevasi air yang sebelumnya 10 meter sudah mulai turun menjadi delapan meter. Elevasi air itu terhitung paling tinggi sejak Januari-November 2017 ini. Peningkatan debit Bengawan Solo ini harus diwaspadai terutama bagi warga yang tinggal di bantaran Bengawan Solo,” ujar Sigit.

Sigit masih mendata luas areal sawah yang tergenang air. Ia bersyukur karena elevasi air di sejumlah anak sungai Bengawan Solo masih aman, seperti di Sungai Garuda dan Mungkung. Dia mencatat ada satu rumah di Pandak, Sidoharjo, yang hanya berjarak empat meter dari bibir Bengawan Solo.

“Kami mengimbau kalau gerusan air itu mengancam rumah lebih baik mengungsi untuk kewaspadaan dini,” tuturnya.

Tim Satgas BPBD bersama Bintara Pembina Desa (Babinsa) dan Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Desa Tangkil, Sragen Kota, memantau luapan Bengawan Solo di wilayah perbatasan Tangkil dan Kedungupit. Genangan air terdalam di lokasi itu mencapai lutut orang dewasa.

“Ketinggian air sekitar 50 sentimeter dan sudah merendam areal persawahan sekitar dua hektare dengan usia tanaman padi 35 hari. Kami terus memantau perkembangan air itu. Pantuan juga dilakukan di sejumlah lokasi anak sungai Bengawan Solo dengan menggunakan kamera CCTV [closed circuit television], yakni Karanggungan RW 001, Karanglegi RW 006, dan Gabusan RW 011,” ujar Babinsa Desa Tangkil Sersan Dua Supar saat berbincang dengan Solopos.com di warung tengah sawah Dukuh Tugu, Tangkil, Sragen Kota, Rabu siang.

Seorang petani asal Dukuh Bulaksari RT 001/RW 001, Tangkil, Surono, 48, mengatakan genangan air di sawah itu sudah menjadi langganan petani saat musim penghujan. Dia mengaku para petani tidak waswas karena sudah biasa dengan banjir.

“Tanaman padi baru berumur 35 hari. Kalau genangan tidak lama ya masih selamat. Tetapi kalau lebih dari lima hari ya bisa rusak dan gagal panen,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya