SOLOPOS.COM - Jalan raya menuju kawasan ibu kota Wonogiri dari arah Sukoharjo sudah tak ditutup lagi. Penutupan jalan di daerah-daerah memunculkan pro kontra. (Solopos/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI — Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Jeritan Rakyat (Jerat) Wonogiri, Hartono, mengkritik kebijakan pemerintah daerah yang melakukan penutupan jalan dan pemadaman PJU saat penerapan PPKM.

Kepada Solopos.com dia mengatakan, kebijakan pemangku kepentingan di daerah-daerah dalam mengatasi pandemi Covid-19 selama PPKM ini dengan menutup jalan terkesan aneh. Menurut para pemangku kepentingan kebijakan itu untuk membatasi mobilisasi masyarakat di luar rumah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Faktanya, meski jalan ditutup masyarakat tetap banyak yang keluar rumah. Ini karena masyarakat tetap bisa berkendara meski harus melalui jalan lain untuk menghindari blokade. Warga Kelurahan Kaliancar, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri itu menyebut, kebijakan itu tak efektif lantaran hanya berfungsi untuk mengalihkan arus lalu lintas.

Baca Juga: Beraksi 289 Kali, Pelaku Pelemparan Kaca Truk di Semarang Raya Ditembak

“Walau ditutup pengguna jalan kan masih bisa melintas lewat jalan lain. Lalu apa fungsinya jalan ditutup. Alih-alih masyarakat mengurungkan niat untuk keluar rumah, kebijakan seperti ini malah bikin masyarakat kesal, marah. Banyak warga mengeluh perjalanan terganggu karena jalan ditutup. Padahal, warga keluar rumah itu untuk bekerja, berdagang,” ulas Hartono saat dihubungi, belum lama ini.

Dia juga mengkritik daerah-daerah yang memadamkan penerangan jalan umum (PJU). Hartono berpendapat, kebijakan tersebut tak berhasil menurunkan mobilisasi masyarakat saat malam. Jalan raya tetap ramai lalu lintas. Bahkan, gelapnya jalan raya justru dinilainya meningkatkan potensi kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan beberapa kali terjadi di jalan raya Wonogiri yang minim gelap karena PJU dipadamkan.

Dia melanjutkan, dua kebijakan tersebut mestinya tak diterapkan lagi, terlebih saat ini mobilisasi masyarakat sudah normal lagi. Di Kabupaten Wonogiri, penutupan jalan sudah dibuka, tetapi belum permanen. Pembukaan blokade jalan hanya pagi hingga malam. Pada malam hari jalan-jalan tertentu ditutup lagi. Hartono memandang, lebih baik kebijakan dilaksanakan tak setengah-setengah.

“Masyarakat tetap bergerak hanya untuk menjemput nafkah agar bisa makan. Jangan dihalangi. Kondisi ekonomi mereka selama pandemi Covid-19 ini sulit,” imbuh Hartono.

Sementara itu, pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Wonogiri, Tariyo, menginformasikan, hingga Minggu (22/8/2021), kebijakan buka tutup blokade jalan masih diberlakukan. Pembukaan blokade jalan yang permanen hanya di pertigaan Klampisan, Kelurahan Kaliancar, Kecamatan Selogiri. Pembukaan blokade jalan secara permanen masih menunggu hasil evaluasi dan perkembangan kondisi.

Baca Juga: Clubhouse Hapus Informasi Pribadi Pengguna di Afghanistan

“JPU di ruas jalan raya tertentu juga masih dipadamkan saat malam. PJU dinyalakan lagi 23 Agustus 2021. Ini sesuai surat dari Polres Wonogiri,” kata Tariyo yang juga Sekretaris Dishub itu.

Sementara itu, Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, Senin (9/8/2021) lalu menyampaikan mobilisasi masyarakat selama PPKM level 4 hanya turun 12,6 persen. Jalan raya terlihat sepi, tetapi pergerakan masyarakat terpantau ramai di jalan permukiman. Hal itu berdasar pemetaan Google Maps. Padahal, penutupan jalan dan pemadaman PJU dilakukan sejak awal penerapan PPKM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya