SOLOPOS.COM - Sejumlah kendaraan bermotor melintas di lalan layang non-tol Kampung Melayu-Tanah Abang di kawasan Casablanca, Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 menjadi 5,1% pada April 2022 dari perkiraan sebelumnya 5,2% pada Oktober 2021. Penurunan ini dampak perang Rusia dan Ukraina. (Antara/ Risyal Hidayat)

Solopos.com, JAKARTA–Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan tumbuh 5,07% year on year pada kuartal II/2022.

“Konsumsi rumah tangga kemungkinan besar akan tumbuh lebih besar pada kuartal II/2022 karena momentum Ramadan dan Idulfitri. Pada saat yang bersamaan dengan pemulihan permintaan, kredit terus meningkat,” ujar ekonom LPEM FEB UI, Teuku Riefky, di Jakarta, Kamis (4/8/2022).

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Realisasi investasi pada kuartal II/2022 tercatat tertinggi dalam satu dekade terakhir dengan sektor manufaktur sebagai penyumbang utama yang menunjukkan bahwa kepercayaan investor masih sangat tinggi pada Indonesia.

Surplus perdagangan pada kuartal II/2022 yang mencapai US$15,6 miliar juga telah meredam dampak pengetatan moneter terhadap arus modal keluar dan depresiasi rupiah karena ekspor yang lebih tinggi daripada impor mengindikasikan likuiditas valuta asing yang lebih besar di pasar.

“Melonjaknya harga komoditas membawa momentum bermanfaat bagi ekspor karena Indonesia merupakan net eksportir komoditas energi utama. Surplus perdagangan barang kemudian mendorong surplus transaksi berjalan,” papar dia.

Baca Juga: Pemerintah Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,2 Persen

Kepemilikan asing atas aset keuangan yang menurun sejauh ini telah memberi Indonesia ruang cukup untuk menyerap guncangan global dibandingkan dengan negara lain, terutama dalam hal inflasi dan volatilitas mata uang.

Untuk inflasi, meski meningkat, Riefky menilai inflasi Indonesia yang tercatat sebesar 4,94% year on year pada Juli 2022 tetap relatif moderat dibandingkan negara lain.

“Kami melihat bahwa kondisi suram ekonomi global tidak terlihat pada kondisi ekonomi domestik. Windfall dari lonjakan harga komoditas memungkinkan pemerintah untuk memperluas stimulus fiskal guna meredam inflasi sementara tetap membangun momentum pemulihan. Dengan demikian, kegiatan konsumsi dan produksi akan tetap berjalan aman,” papar dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya