SOLOPOS.COM - Putri Ananta dan Rosa Pramudita dijemput pamannya seusai mengikuti kelas motivasi di halaman masjid Ibadus Sholihin Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Kamis (6/4/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Longsor Ponorogo, begini kisah dua bocah yang orang tuanya menjadi korban tanah longsor.

Madiunpos.com, PONOROGO — Bencana tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, yang terjadi akhir pekan lalu masih menyisakan kesedihan terutama yang dirasakan dua siswi SDN Banaran bernama Putri Ananta, 9, dan Rosa Pramudita, 11.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kakak beradik itu kehilangan kedua orang tuanya saat sedang memanen jahe di ladang milik saudaranya di Dukuh Tangkil yang menjadi titik longsor.

Putri dan Pramudita terlihat murung saat mengikuti kelas motivasi yang diselenggarakan di halaman Masjid Ibadus Sholihin di Desa Banaran, Kamis (6/4/2017) pagi. Sesekali dua bocah itu mengusap tetesan air yang keluar dari kedua matanya.

Meski puluhan siswa lainnya di kelas itu terlihat bahagia dan ceria karena candaan. Kedua bocah malang itu tetap diam dan terlihat masih merasakan kesedihan mendalam atas bencana yang merenggut kedua orang tua mereka, Tolu dan Situn.

Kedua bocah itu sedang bersekolah di SDN Banaran saat longsor menerjang. Mereka berangkat dari rumah pukul 06.00 WIB dan sebelumnya telah memakan masakan dari ibu mereka, Situn.

Setelah beberapa saat masuk ke ruang kelas, Rosa Pramudita bersama adiknya mendengar suara gemuruh akibat tanah longsor itu dan kabar mengenai orang tuanya. Ia bersama adiknya pun diajak oleh seorang guru untuk melihat ke lokasi bencana.

Saat itu, ia mengaku tidak bisa berkata-kata lagi dan hanya kesedihan serta tangis yang keluar dari mulutnya. “Saat itu dikasih tahu Bu Guru. Kemudian saya lari untuk melihat rumah,” kata Pramudita.

Dia menuturkan rumahnya tidak mengalami kerusakan karena berada jauh dari lokasi bencana. Tapi, saat itu kedua orang tuanya sedang memanen jahe di ladang milik kerabat.

Paman Pramudita, Warsito, mengatakan Pramudita dan Putri adalah anak kelima dan keenam. Selain kedua bocah itu, pasangan Tolu dan Situn juga memiliki empat anak lainnya yaitu Sumarno yang masih kuliah di IAIN Ponorogo, Suwanji yang telah menikah, Riyanti siswi kelas XI SMA Muhammadiyah, dan Ahmad Afandi siswa kelas VIII di Madiun.

Saat ini, seluruh keponakannya itu tinggal bersamanya di rumah Bareng, Kecamatan Pudak. “Rumahnya tidak rusak karena lokasinya jauh dari longsor. Tapi sekarang sudah dikosongkan,” kata dia saat menjemput dua bocah itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya