SOLOPOS.COM - Kondisi lokasi sangat rawan longsor di Damon, Hargorejo, Tirtomoyo, Wonogiri, Senin (27/2/2018). (Istimewa/BPBD Wonogiri)

Solopos.com, WONOGIRI—Bencana tanah longsor mengintai Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Sepanjang 2021 ini, tanah longsor di Tirtomoyo telah terjadi sebanyak 14 kali.

Berdasarkan data yang diterima Solopos.com, kejadian tanah longsor di Kecamatan Tirtomoyo meningkat dari tahun sebelumnya. Pada 2020, hanya terdapat empat kejadian.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, mengatakan bencana longsor yang baru-baru ini terjadi termasuk di Desa Purwoharjo, Kecamatan Karangtengah, tak terlepas dari fenomena La Lina. “Ketika curah hujan tinggi dan terjadi dalam kurun waktu lebih dari satu jam, dapat diprediksi akan terjadi longsor,” kata dia, Selasa (28/12/2021).

Baca Juga: Ada Waduk Pidekso, Petani Wonogiri Bisa Tanam Padi 3 Kali Setahun

Selain La Lina, faktor kelas kemiringan lereng di beberapa daerah di Kabupaten Wonogiri juga berpengaruh. Kecamatan Karangtengah misalnya, terdapat 2218,26 hektare luas lereng yang memiliki kemiringan lebih 28 derajat. Sementara di Tirtomoyo, terdapat 6867,22 hektare luas lereng yang memiliki kemiringan di atas 28 derajat. Data itu bersumber dari Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten Wonogiri 2018-2023.

Bambang menambahkan dengan kawasan risiko rawan bencana longsor di beberapa daerah di Kabupaten Wonogiri, warga diharapkan sadar mitigasi kebencanaan.

“Upaya mitigasi dari warga ini menjadi peran penting, selain pemerintah. Potensi-potensi bencana itu pasti ada tandanya, jika warga tidak memahami [mitigasi] kebencanaan, maka nantinya akan gagap ketika bencana itu terjadi,” ungkap Bambang.

Baca Juga: Diresmikan Jokowi, Konstruksi Waduk Pidekso Selesai Setahun Lebih Cepat

Merujuk Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten Wonogiri 2018-2023, disebutkan mekanisme penanggulangan bencana. Dalam uraian dokumen itu, tidak ditemukan langkah preventif pada bencana longsor, termasuk banjir dan kekeringan. Hanya bencana tsunami yang menjadi fokus preventif di mekanisme tersebut.

Bambang kemudian menjelaskan terjadinya bencana longsor lebih disebabkan pada faktor manajemen air. Sebab manajemen air dalam hal ini tak bisa lepas dari konstruksi tanah.

Jadi, masyarakat dapat mencegah terjadinya longsor dengan cara mengusahakan agar air yang masuk dalam tanah tak sampai menjadi jenuh. Hal ini berlaku terutama pada daerah yang memiliki kemiringan lereng yang cukup tinggi, seperti di Tirtomoyo dan Karangtengah.

Baca Juga: Sakit Komplikasi, Kades Karangnongko Klaten Tutup Usia

“Di sisi lain faktor tumbuhan juga berpengaruh pada terjadinya [bencana] longsor. Enggak semua tumbuhan dapat mengikat tanah, ada juga tumbuhan yang justru memberi beban pada tanah. Jadi warga harus jeli melihatnya,” jelas Bambang.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya