SOLOPOS.COM - Seorang anggota Satgas BPBD Sragen mengangkat sejumlah pelampung saat ada pemeriksaan perlengkapan siaga bencana alam di Alun-alun Sasana Langen Putra Sragen, Senin (26/10/2020). (Espos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Seratusan personel lintas instansi mengikuti apel kesiapsiagaan untuk antisipasi bencana alam di masa pandemi Covid-19 di Alun-alun Sasana Langen Putra Sragen, Senin (26/10/2020). Ada dua kecamatan yang rawan longsor, 12 kecamatan rawan banjir luapan Bengawan Solo, dan 20 kecamatan menjadi daerah rawan angin kencang.

Tiga bencana alam itulah yang diwaspadai selama fenomena El Nina hingga akhir Oktober ini. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen memprediksi puncak musim penghujan akan terjadi pada Desember 2020-Januari 2021.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain menyiagakan pasukan, kelengkapan peralatan untuk tanggap bencana juga diperiksa. Mulai dari kesiapan peralatan untuk keamanan petugas atau sukarelawan hingga kesiapan armada patroli dan perahu.

Ekspedisi Mudik 2024

Untuk Memandikan Jenazah, Warga Tlogotirto Sragen Harus Sedot Air Sungai Sejauh 2 Km

Seratusan personel yang disiagakan itu berasal dari unsur TNI, Polri, BPBD, SAR, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Perhubungan (Dishub), Palang Merah Indonesia (PMI), dan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen.

Komandan Kodim 0725/Sragen, Letkol (Inf) Anggoro Heri Pratikno, menyiapkan 100 personel yang siap dikerahkan untuk membantu penanganan bencana alam. Begitu juga Yonif 408 yang menyiapkan 100 personel .  Dia menyatakan semua personel siap 24 jam. Sebenarnya setiap instansi pemerintah sudah menyiapkan tim sendiri untuk kesiapsiagaan bencana alam. Apel ini, menurut Anggoro, sebenarnya untuk menyinkronkan program, koordinasi, dan pengecekan peralatan.

“Kami melihat peristiwa sebelumnya. Di Sragen ini yang perlu diwaspadai bencana angin ribut dan potensi luapan Bengawan Solo saat musim hujan dengan intensitas tinggi. Kami berdoa semoga bencana itu tidak terjadi. Tetapi bila bencana itu terjadi setidaknya kami sudah siap berbuat,” ujarnya.

Ada Mitos Kerajaan Gaib di Waduk Kedung Ombo Sragen, Percaya Lur?

Kedepankan Protokol Kesehatan

Dandim menyampaiksn penanganan bencana tetap mengedepankan protokol kesehatan. Seperti meminimalisasi terjadi penumpukan pengungsi atau yang lainnya. Dia menyebut Covid-19 sebenarnya bagian dari bencana tetapi bencana non alam.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Sragen, Sugeng Priyono, menambahkan kewaspadaan bencana alam itu fokus pada tiga jenis bencana, yakni longsor, banjir, dan angin kencang. Bencana tanah longsor rawan terjadi di Kecamatan Sambirejo dan Kalijambe. Daerah rawan bencana banjir berada di sepanjang aliran Bengawan Solo, yakni Kecamatan Masaran, Plupuh, Sidoharjo, Tanon, Sragen Kota, Sukodono, Tangen, Sambungmacan, Jenar, Mondokan, Ngrampal, dan Kalijambe.

“Banjir itu sifatnya hanya luapan Sungai Bengawan Solo dan anak sungainya. Kalau untuk bencana angin kencang tidak bisa dideteksi sehingga potensinya menyebar di 20 kecamatan. Sekarang masih ada fenomena La Nina. BMKG memperkirakan sampai akhir Oktober ini. Semoga tidak terjadi bencana alam. Yang jelas semua sukarelawan SAR dan Satgas BPBD sudah siap 24 jam. Di Sragen ada 1.700-an orang sukarelawan yang siap sewaktu-waktu dibutuhkan,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya