SOLOPOS.COM - Ilustrasi prostitusi di rumah bordil. (Freepik)

Solopos.com, KUDUS — Kabupaten Kudus di Jawa Tengah yang notabene Kota Santri ternyata sempat memiliki lokalisasi. Wilayah prostitusi tersebut dikenal dengan sebutan Lokalisasi Mojodadi yang terletak di Desa Gribig, Kecamatan Gebog.

Konon, lokalisasi di Kudus itu merupakan salah satu yang terbesar di Jawa Tengah pada erat 1970-an. Para wanita tuna susila (WTS) yang sempat bekerja di sana disebut bukan warga lokal, melainkan pendatang dari Semarang, Jepara, Jakarta, hingga Batam.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baca juga: Kudus Kota Santri Ternyata Punya Lokalisasi Legal

Asale Lokalisasi Mojodadi Kudus

Ada cerita unik di balik nama lokalisasi ini. Hal itu disampaikan Sekretaris Desa Gribig, Kamal. “Dulu itu namanya Mojodadi, ya singkatan kalau mojok langsung dadi (jadi,red),” kata Kamal pada November 2021, seperti dikutip dari Murianews.com, Kamis (23/12/2021).

Kamal menambahkan, dulu ada dua RT pada satu RW yang dijadikan lokalisasi dengan jumlah 60 rumah bordil. “Saat itu mulai ramai itu sekitar tahu 1975, satu per satu mulai datang dan menempati hunian di sana, hingga akhirnya ya banyak sekali,” ujarnya.

Skripsi karya Arif Ashadi (2018) mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro Semarang bertajuk Lokalisasi Mojodadi: Prostitusi Legal di Kabupaten Kudus Tahun 1974-1998, menjelaskan riwayat tempat prostitusi tersebut. Desa Gribig dipilih sebagai tempat lokalisasi karena aktivitas ekonomi di wilayah tersebut dipandang cukup tinggi.

Keberadaan Lokalisasi Mojodadi di Kudus yang disebut sebagai kota santri dipandang sebagai satu-satunya jalan terbaik untuk mengurangi dan memberantas praktik prostitusi di tengah masyarakat. Lokalisasi tersebut dibangun untuk menekan maraknya praktik prostitusi serta memudahkan pengawasan terhadap para WTS.

Baca juga: 5 Lokalisasi Terbesar Jateng, 1 di Solo

Riwayat Lokalisasi Legal

Jika merujuk pada catatan sejarah, praktik prostitusi di Indonesia terjadi sejak satu abad lalu. Mulai dari zaman Kerajaan Mataram hingga pendudukan Belanda di bawah kongsi dagang VOC.

Sejak saat itu muncul rumah-rumah bordil di berbagai wilayah, termasuk di Jawa Tengah. Keberadaan rumah bordil itu tetap bertahan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang kemudian disebut sebagai lokalisasi.

Pada perkembangan selanjutnya, lokalisasi difasilitasi negara mulai 1960-an. Seperti Lokalisasi Mojodadi di Kudus Kota Santri yang diresmikan pada 1974.

Akan tetapi saat era Reformasi tumbang pada 1998, Lokalisasi Mojodadi di Kudus pun hancur. Warga yang sejak awal keberatan menutup paksa tempat prostitusi tersebut. Guna menghindari terjadinya tindakan anarkis, pemerintah segera mengambil tindakan untuk merespons tuntutan masyarakat dengan mencabut izin operasi lokalisasi Mojodadi.

Baca juga: Bekas Lokalisasi di Kudus Disulap Jadi Peternakan Wedus

Jadi Sentra Wedus

Lahan bekas lokalisasi besar itu pun mangkrak selama puluhan tahun. Kamal menambahkan pada 2019 ada ada enam pemuda yang berinisiatif untuk membangun kandang ternak di sana. Pemerintah desa pun menyetujui. Dengan pertimbangan lahan tersebut bisa dipakai untuk kegiatan yang bermanfaat.

Kini, lahan seluas dua hektare tersebut pun telah disii oleh berbagai peternak. Mulai dari peternak kambing, kerbau, hingga peternak ayam. Totalnya, ada 30 peternak lebih.

Baca juga: 5 Negara Wisata Seks Populer di Dunia, Indonesia Masuk

“Kami malah senang ini bisa dimanfaatkan dengan baik, desa juga mendapat untung dari sistem sewa tanahnya. Mereka juga mengolah limbah ternaknya sendiri, jauh lebih baik daripada yang dulu-dulu,” kata dia. Kamal pun berharap, dengan banyaknya peternak yang mendiami tanah bekas lokasisasi itu, nama buruk Desa Gribig bisa semakin terkikis. Kemudian beralih menjadi sentra ternak di Kudus.

“Kalau dulu WTS di Gribig itu wanita tuna susila, kini singkatannya berubah jadi ‘Wedus Tetap Sejahtera’. Mereka bahkan menamai kelompoknya dengan Mojodadi Farm, sehingga bisa mengubah persepsi masyarakat,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya