SOLOPOS.COM - Suasana deklarasi Lembaga Konsumen Rokok Indonesia (LKRI) di Wisma Perdamaian, Kota Semarang, Selasa (21/11/2017). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

Cukai rokok mengalami kenaikan yang berimbas pada naiknya harga rokok dan membuat kecewa para konsumen yang tergabung dalam Lembaga Konsumen Rokok Indonesia (LKRI).

Semarangpos.com, SEMARANG – Lembaga Konsumen Rokok Indonesia (LKRI) meminta kepada pemerintah untuk dilibatkan dalam penentapan cukai rokok. Sebagai konsumen, LKRI merasa keberatan dengan kebijakan pemerintah yang setiap tahunnya menaikan cukai rokok sehingga membuat harga rokok terus mengalami kenaikan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kami ini kan konsumen. Wajar jika kami minta dilibatkan setiap ada kebijakan kenaikan cukai rokok. Sehingga, jika ada kenaikan cukai bisa ketemu angkai kenaikan yang rasional bagi para konsumen,” tutur Ketua LKRI, Agus Condro Prayitno, saat acara deklarasi LKRI di Wisma Perdamaian, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Selasa (21/11/2017).

Mantan anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu sebenarnya tidak keberatan dengan cukai dan harga rokok yang naik setiap tahunnya. Menurutnya, harga berapa pun rokok tetap akan dibeli oleh konsumennya.

“Cukai dinaikan itu tidak akan membuat perokok berhenti. Justru itu akan merugikan petani [tembakau], karena setoran ke dunia industri jadi berkurang,” terang Agus Condro.

Meski tak keberatan dengan kenaikan cukai rokok, Agus Condro berharap pemasukan negara dari cukai tersebut bisa digunakan pemerintah seadil-adilnya untuk membantu kesehatan masyarakat dan pendidikan rakyat miskin. Selain itu, ia juga meminta pemerintah untuk tidak melakukan diskriminasi pada konsumen rokok menyusul rumor yang menyatakan bahwa perokok tidak bisa dijamin oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Sementara itu, Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Hendardi, menyatakan rokok bukanlah komoditas ilegal. Perokok juga bukan pelaku kejahatan sehingga harus dijauhi.

“Rokok justru memiliki impilkasi luas terhadap pembangunan, karena menciptakan dunia usaha, lapangan kerja, dan pemasukan bagi negara. Tapi, selama ini banyak larangan dan tekanan terhadap perokok. Itu membuktikan pemerintah tak tegas dan hanya mengikuti irama dunia,” beber Hendardi.

Ia menduga di balik larangan dan tekanan bagi perokok ada kepentingan persaingan industri farmasi, memperebutka sumber nikotin yang sangat menguntungkan. “Maka lahirlah rezim berdalih kesehatan dunia yang antirokok,” kata Hendardi.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya