SOLOPOS.COM - Lingkungan sekitar rumah singgah Pangeran Sambernyawa atau Mangkunagoro I di Kampung Kauman Pasar Legi, Kestalan, Banjarsari, Solo, Selasa (25/1/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Lokasi sekitar rumah singgah Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa di Kauman Pasar Legi, Kestalan, Banjarsari, Solo, dulunya juga dikenal sebagai tempat singgah para ulama atau pemuka agama Islam.

Disebut rumah singgah karena rumah itu menjadi tempat persinggahan sementara sebelum Raden Mas Said menjadi KGPAA Mangkunagoro I dan menempati Pura Mangkunegaran.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut berbagai sumber yang dihimpun Solopos.com, di sekitar Pasar Legi Solo dulunya juga berdiri Masjid Mangkunegaran di masa Mangkunagoro I. Lokasi masjid tepatnya berada di sisi barat Pasar Legi saat ini, atau di sisi timur rumah singgah Pangeran Sambernyawa.

Baca Juga: Masih Asli, Begini Kondisi Rumah Pangeran Sambernyawa di Kestalan Solo

Lokasi yang diduga sebagai lokasi berdirinya masjid saat ini telah menjadi kompleks pertokoan. Setelah Pura Mangkunegaran berdiri, masjid itu pun ikut dipindahkan, yang kemudian berganti nama menjadi Masjid Al Wustho di sisi barat Pura Mangkunegaran saat ini.

Pada artikel yang diunggah di https://puromangkunegaran.com, menyebutkan Masjid Al Wustho merupakan salah satu masjid tua dan bersejarah di Kota Solo. Pembangunan Masjid Al Wustho diprakarsai KGPAA Mangkunagoro I (1725-1795).

Ketika awal didirikan, masjid Al Wustho bernama Masjid Mangkunegaran atau dikenal dengan masjid negara yang lokasinya berada di wilayah Kauman Pasar Legi. Namun pada masa KGPAA Mangkunagoro II (1796-1835), masjid dipindahkan ke lokasi strategis dekat Pura Mangkunegaran.

Baca Juga: Pangeran Sambernyawa Hanya Setahun Tempati Rumah di Kestalan Solo

Sebagai masjid Pura Mangkunegaran, pengelolaannya dilakukan oleh para abdi dalem. Ketua komunitas pencinta sejarah Solo Societeit, Dani Saptoni, mengatakan dengan adanya masjid, kawasan Kauman Pasar Legi dulunya juga menjadi pusat pemuka agama dan pusat kegiatan keagamaan Islam.

Menurut Dani, sosok Mangkunagoro I atau Pangeran Sambernyawa merupakan sosok yang sangat menghormati wanita. Sebab pada zaman itu, juga sempat ada pemuka agama dari kalangan perempuan, yang bernama Raden Ayu Penghulu Iman.

Baca Juga: Bertahan Lebih dari 250 Tahun, Begini Kisah Perjalanan Pasar Legi Solo

Di luar itu Mangkunagoro I disebut sangat konsen terhadap penyebaran agama Islam. Hal itu yang kemudian membuatnya membentuk Kampung Kauman. Namun setelah Masjid Mangkunegaran dipindahkan, kondisi itu pun perlahan bergeser. Lokasi masjid yang baru, yakni Al Wustho cukup jauh dari lokasi awal.

Selanjutnya baru pada sekitar tahun 1930, berdiri langgar atau tempat ibadah dalam agama Islam yang ukurannya lebih kecil dari masjid. Langgar itu bernama Langgar Rowatib. “Lokasinya ada di sebelah utara rumah singgah [MN I]. Keberadaan langgar itu untuk memfasilitasi warga dalam beribadah, karena masjid sudah dipindah,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya