SOLOPOS.COM - Camat Eromoko, Wonogiri, Danang Erawanto (tengah), bersama petugas lainnya memantau kondisi yang dilanda banjir di dekat jembatan Malangan, Dusun Malangan, Desa Baleharjo, Kecamatan Eromoko, Kamis (11/11/2021). (Istimewa/Camat Eromoko)

Solopos.com, WONOGIRI — Limbah pertanian menjadi pemicu tersumbatnya luweng atau sumur dalam alami yang memicu banjir di sebagian daerah di Wonogiri. Para petani diminta agar tak sembarangan membuang sisa-sisa hasil panen di sekitar luweng.

Saat musim panen, sebagian petani membuang limbah pertanian secara sembarangan di sekitar lubang luweng. Limbah pertanian tersebut berupa jerami, batang atau tongkol jagung, gulma, hingga kotoran ternak.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Alhasil, limbah pertanian menyumbat lubang luweng yang mengakibatkan air tak dapat mengalir saat turun hujan lebat dengan intensitas tinggi.

“Ada juga sampah rumah tangga yang juga menyumbat lubang luweng. Namun, paling dominan limbah pertanian yang menjadi pemicu banjir pada beberapa hari lalu,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Bambang Haryanto, saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (14/11/2021).

Baca Juga: Beasiswa Mahasiswa Wonogiri Rp12 Juta, Eks Paskibraka Dapat Nilai Lebih

Pemkab Wonogiri berupaya membangun kesadaran petani dan masyarakat untuk tidak membuang limbah pertanian dan sampah rumah tangga secara sembarangan di sekitar luweng. Hal ini bagian dari upaya pengurangan risiko bencana banjir di Wonogiri.

Bambang telah berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan dan pemerintah desa untuk membersihkan lubang luweng secara rutin. Masyarakat diajak untuk menjaga lubang luweng bersih dari limbah pertanian maupun sampah rumah tangga. “Ini sesuai arahan Pak Bupati [Joko Sutopo]. Partisipasi masyarakat dioptimalkan untuk mengurangi terjadinya bencana banjir,” ujar dia.

Bambang menyebut banjir yang melanda tiga daerah yakni Kecamatan Pracimantoro, Eromoko dan Giriwoyo dipicu lantaran tersumbatnya luweng. Di wilayah Pracimantoro, ada enam luweng yang tersumbat. Kemudian, tiga luweng tersumbat di wilayah Eromoko dan satu luweng di wilayah Giriwoyo.

“Pola mitigasi banjir sudah dilakukan dengan membersihkan lubang luweng. Hal ini perlu ditekankan agar tak terjadi lagi banjir akibat luweng tersumbat,” tutur Bambang.

Baca Juga: Alhamdulillah, Banjir di Wonogiri Sudah Surut, Warga Beraktivitas Lagi

Luweng terbentuk secara alami dari proses pelapukan bebatuan di kawasan pegunungan karst. Proses alami itu berlangsung dalam waktu cukup lama. Namun, Bambang belum bisa memastikan kedalaman luweng yang berfungsi sebagai drainase alami di kawasan karst.

Di Wonogiri bagian selatan, terdapat lebih dari 200 luweng baik ukuran kecil hingga besar. “Luweng ukuran besar tersebar di 50 lokasi. Sisanya luweng ukuran kecil. Paling banyak di wilayah Pracimantoro, Paranggupito dan Eromoko,” ujar dia.

Camat Pracimantoro, Warsito, menyatakan tersumbatnya luweng mengakibatkan genangan air di sebagian wilayah Desa Pracimantoro dan Desa Gambirmanis pada pekan lalu. Beberapa luweng di kedua daerah itu tak berfungsi lantaran tersumbat.

Banjir berangsur-angsur surut setelah hujan mereda. Warsito menghimbau agar masyarakat yang berdomisili di sekitar luweng meningkatkan kewaspadaan selama musim penghujan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya