SOLOPOS.COM - SERUKAN KRITIK -- Dua siswi SMKN 1 Karanganyar melihat majalah dinding yang menyuarakan kritik terhadap kepala sekolah mereka, Senin (19/12/2011). (JIBI/SOLOPOS/Farid Syafrodhi)

SERUKAN KRITIK -- Dua siswi SMKN 1 Karanganyar melihat majalah dinding yang menyuarakan kritik terhadap kepala sekolah mereka, Senin (19/12/2011). (JIBI/SOLOPOS/Farid Syafrodhi)

KARANGANYAR – Sebuah majalah dinding (Mading) berformat mirip situs jejaring sosial Facebook, terpampang di depan salah satu kelas SMKN 1 Karanganyar. Mading yang diberi nama Tacgebook (baca-tak gebuk), plesetan dari Facebook ini berisi kritikan pedas kepada kepala sekolah tersebut, Casudi, yang dinilai arogan oleh para siswa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Status terbaru pada Tacgebook adalah Aduh, Tacgebook-ku dihack orang. Mungkin ada yang tersinggung kali ya? Mana dikatakan anak SLB lagi! Aduh cobaan hidup, Tacgebook dihack, dikatakan SLB pula. Gara-gara hal sepele kenapa kata-kata itu harus keluar? (Sakit!!). Walau pun kita terbilang anak tak bisa diatur bahkan nakal, tapi kita tetap bisa BERPRESTASI!.

Ekspedisi Mudik 2024

“Status itu kami tulis karena sebelumnya kami membuat Mading yang sama pada awal November, tapi dirusak orang. Kami menggunakan kata di-hack untuk mewakili kata dirusak,” ujar salah satu siswi pembuat Mading, Ririn Setyoningsih, 17, saat ditemui wartawan di muka kelas, Senin (19/12/2011).

Menurut Ririn, Mading yang dibuat pada awal Desember itu tercipta atas keresahan para siswa yang duduk di Kelas XII-10 Jurusan Multimedia tentang kondisi riil sekolah. Ia dan teman-temannya kala itu menilai ada yang tidak beres dalam kepemimpinan kepala sekolah. Misalnya, beasiswa yang harus dikembalikan tiga kali lipat, perkataan Casudi yang menganggap siswa dari sekolah luar biasa (SLB) dan sebagainya. “Itu sudah mematikan karakter kami sebagai siswa,” jelas Ririn tegas.

Agar tidak dirusak orang lagi, Ririn dan kawan-kawannya menutup Mading tersebut dengan plastik bening. Bagi Ririn, apa pun kondisi yang ada di sekolah, entah baik atau buruk, harus dipublikasikan. Apalagi ia juga mengaku bosan dengan Mading sekolah yang hanya berisi cerita pendek, puisi dan artikel. Mading tersebut dibuat sebelum unjuk rasa, Rabu pekan lalu.

Selain membuat Tacgebook, anak-anak Multimedia juga membuat N-Tube, plesetan dari situs layanan video Youtube. Di situ para siswa mengkritik perputaran uang di sekolah yang mereka sebut Money Travel dan kebijakan penggunaan kendaraan bermotor di sekolah. “Kami pernah bertanya ke mana larinya uang dari orangtua kami itu kepada sekolah tapi sama sekali tidak ada jawaban. Ujungnya ke mana uang itu, kami juga tak tahu,” ujar siswi lain, Lina Dwi Maryati, 17.

Saat masuk ke SMKN 1 Karanganyar, siswa dimintai uang Rp 3 juta. Saat kenaikan kelas, kata Lina, pihak sekolah menarik uang lagi Rp 300.000. Tapi selama di sekolah, sama sekali tidak ada penambahan fasilitas sekolah, seperti pembaruan komputer dan sebagainya. Selain itu, para siswa juga menyinggung penggunaan kendaraan bermotor di sekolah.

Bila masuk ke sekolah, kendaraan siswa harus dimatikan. Tapi tidak demikian halnya dengan guru. Karena itu, mereka menilai kebijakan itu tidak adil. Para siswa di Jurusan Multimedia akan terus membuat terobosan melalui Mading. “Selama Pak Casudi belum turun, kami akan tetap mengkritisi dengan cara kami, yakni membuat Mading,” tegas Lina.

Farid Syafrodhi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya