SOLOPOS.COM - Puluhan PKL TSTJ Solo beraudiensi dengan wakil rakyat untuk menyampaikan aspirasi mereka yang hendak dipindah ke pasar tradisional. Audiensi berlangsung di Gedung DPRD Solo, Jumat (30/9/2022). (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Legislator yang juga Wakil Ketua DPRD Solo, Sugeng Riyanto, mengaku tak setuju jika pedagang kaki lima atau PKL TSTJ dipindah ke pasar tradisional. Sugeng berharap para pedagang yang sudah puluhan tahun berjualan itu tetap diberi ruang mengais rezeki di objek wisata tersebut.

Hal itu diungkapkan Sugeng kepada Solopos.com, Jumat (30/9/2022). Hari itu, sekira 35 pedagang yang biasa berjualan di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) beraudiensi dengan Ketua DPRD Solo, Budi Prasetyo, dan legislator Komisi II DPRD Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hadir dalam acara itu, Ketua Komisi I DPRD Solo, Honda Hendarto, dan para anggotanya. Para pedagang menyampaikan keluh kesah ihwal rencana Pemkot Solo memindahkan mereka ke pasar tradisional.

Mereka berharap bisa tetap berjualan di kawasan TSTJ setelah revitalisasi oleh investor, PT Taman Safari Indonesia, selesai akhir tahun ini. Kepada Solopos.com, Sugeng yang merupakan politikus PKS mengungkapkan ikut hadir saat peletakan batu pertama pembangunan TSTJ pada Agustus lalu.

Saat itu, menurutnya, sempat disampaikan bahwa pembangunan TSTJ Solo akan menggandeng pedagang atau PKL. “Dari yang presentasi menyampaikan, dari konsultan perencana atau kemeneterian saya lupa, Mas Gibran juga hadir, kementerian hadir, banyak pihak. Saat itu dijelaskan ada komitmen menggandeng UMKM atau PKL,” ujarnya.

Baca Juga: Emoh Dipindah ke Pasar Tradisional, PKL TSTJ Minta Audiensi dengan DPRD Solo

Dari paparan itu, Sugeng merasa lega karena ada komitmen untuk tetap menggandeng para pedagang. Sebab mereka sudah berjualan di TSTJ selama 30 tahun terakhir. Tapi perkembangan terbaru, mereka kemudian diminta pindah.

Penataan PKL TSTJ Mesti Win-Win Solution

“Kalau ada skema saat Jurug beroperasi lagi dan pedagang tak ada di Jurug berarti ada pertanyaan besar, dan mestinya itu tak terjadi. Saya mendukung pedagang yang sudah puluhan tahun tetap dikasih ruang,” tutur dia.

Sugeng menekankan setiap pembangunan yang dilakukan Pemkot Solo jangan sampai merugikan masyarakat kecil, seperti PKL di TSTJ. Sebab selama puluhan tahun mereka menggantungkan hidup berjualan di sana.

“Pembangunan jangan merugikan rakyat kecil yang selama ini menggantungkan hidup di situ, termasuk masuknya investasi. Win-win solution. Jurug kian bagus, pengunjung kian banyak, pedagang tidak tersingkir,” katanya.

Baca Juga: Gibran Sebut TSTJ Solo Naik Kelas Pascarevitalisasi, PKL Tak Bisa Kembali

Bila para pedagang TSTJ harus mencari dan beradaptasi dengan tempat baru, Sugeng menilai hal itu bukan win-win solution. Dia berharap Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, bisa memperhatikan hal itu.

Sebab jangan sampai muncul kesan bahwa masuknya pihak luar seperti investor seperti Taman Safari ke Solo, malah mengabaikan nasib para pedagang. “Padahal mereka sudah puluhan tahun berjualan di situ,” urainya.

Sebelumnya, Perwakilan Paguyuban Bakul Taman Jurug, Sarjuni, mengaku sudah menyampaikan penolakan dan keberatan kepada manajemen TSTJ, Pemkot Solo, dan beberapa instansi lain.

Relokasi ke Pasar Tradisional Dinilai Rugikan PKL TSTJ

“Kami sudah melayangkan [surat] keberatan, menolak. Kalau nanti sudah ke DPRD masih gagal, kan masih ada upaya lain,” kata Sarjuni saat dihubungi Solopos.com, Rabu (28/9/2022).

Baca Juga: Tak Mau Dipindah ke Pasar Tradisional, PKL TSTJ Solo: Tolong Jangan Usir Kami

Sarjuni mengaku sangat menyayangkan renovasi dan peremajaan TSTJ harus menyingkirkan para pedagang yang sudah lama berjualan di objek wisata itu. Padahal mereka sudah lama berjualan.

Tak hanya beberapa tahun, Sarjuni bahkan telah berjualan di TSTJ sejak 40 tahun lalu. Ada 183 PKL TSTJ Solo yang tercatat oleh Perwakilan Paguyuban Bakul Taman Jurug.

“Itu diremajakan. Artinya kan artinya pasti ada orang-orang [pedagang] baru. Hla saya sudah jualan 40 tahun di sini [TSTJ],” katanya.

Saat ini, Sarjuni dan sebagian besar pedagang TSTJ menganggur. Relokasi ke pasar tradisional dinilai merugikan pedagang. Ia melihat bagaimana sepinya pasar tradisional di Kota Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya