SOLOPOS.COM - Sadranan digelar di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Boyolali, belum lama ini. (Istimewa)

Solopos.com, KLATEN — Warga empat dukuh di Desa Lemahireng dan Desa Kaligawe, Kecamatan Pedan menggelar tradisi sadranan di bangsal Makam Kiai Ireng, Kamis (24/3/2022) siang. Tradisi itu kembali digelar setelah dua tahun ditiadakan gegara pandemi Covid-19.

Kegiatan itu diikuti warga Dukuh Lemahireng dan Sekulan, Desa Lemahireng serta warga Dukuh Lemahireng dan Sekulan, Desa Kaligawe. Lokasinya berada di wilayah perbatasan dua desa tersebut. Pada tradisi itu, warga berbondong-bondong membawa tenong anyaman bambu berisi aneka hasil bumi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu warga, Ismail, mengatakan kegiatan itu sudah ada secara turun temurun dan digelar menjelang Ramadan. Dua tahun sebelumnya tradisi itu tak digelar lantaran pandemi Covid-19. Setelah kasus Covid-19 melandai dan pemerintah melonggarkan sejumlah pembatasan, warga kembali menggelar kegiatan tersebut.

Baca Juga: Sadranan di Klaten Boleh Digelar, Padusan Ditiadakan

Ekspedisi Mudik 2024

“Biasanya digelar pada tanggal 20 ruwah,” kata Ismail saat berbincang dengan Solopos.com di Lemahireng, Kamis.

Ismail menceritakan rangkaian kegiatan dilakukan dengan warga berbondong-bondong membawa tenong berisi buah-buahan serta hasil bumi lainnya ke bangsal makam. Di tempat itu, warga menggelar doa bersama selanjutnya saling membagikan sebagian isi tenong yang mereka bawa.

“Setelah itu ada yang menikmati isi tenong di sini ada juga yang dibawa pulang ke rumah masing-masing,” kata dia.

Pada rangkaian kegiatan itu, warga juga ziarah ke makam leluhur masing-masing keluarga yang dimakamkan di kompleks permakaman tersebut. Kegiatan ziarah itu sudah dilakukan warga sejak Rabu (23/3/2022).

Baca Juga: Jumlah Peziarah Merosot, Tradisi Ruwah di Makam Sunan Pandanaran Klaten Sepi

Soal isi tenong, Ismail mengatakan rata-rata berisi buah-buahan serta ada jajanan. Salah satu isi jajanan yang kerap ditemui di tenong warga yakni brondong jagung, jajanan jadul dengan ciri khas manis dan lengket.

“Tidak ada keharusan sebenarnya isi tenong itu harus ada brondong. Tetapi warga seperti kurang marem kalau tenongnya belum diisi brondong,” kata dia.

Salah satu pemuda Lemahireng, Yovian, 21, bersyukur kegiatan sadranan kembali diizinkan digelar meski masih diterapkan pembatasan.

“Kami dari kalangan pemuda berharap tradisi ini bisa terus kami lestarikan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya