SOLOPOS.COM - Iustrasi bendera ISIS (Detik.com/AFP Photo)

Solopos.com, JEDDAH -- Kelompok ISIS mengatakan target utama dalam serangan bom di pemakaman non-Muslim di Kota Jeddah, Arab Saudi adalah Konsul Jenderal (Konjen) Prancis.

Kelompok ISIS juga mengaku bertanggung jawab atas serangan bom saat upacara peringatan berakhirnya Perang Dunia Pertama yang melibatkan kedutaan-kedutaan asing termasuk dari Prancis. Namun, ISIS tidak memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dilansir Reuters, Jumat (13/11/2020), kelompok ISIS menyampaikan pernyataan melalui saluran resminya di Telegram. Kelompok itu mengatakan bahwa "tentaranya" telah berhasil menyembunyikan bom rakitan di pemakaman pada hari Rabu (11/11). Yang kemudian meledak setelah beberapa "konsul negara-negara Perang Salib" berkumpul di sana.

Serangan Bom Terjadi Saat Seremoni Peringatan Perang Dunia I

Ledakan bom itu terjadi saat upacara berlangsung di mana Konsul Jenderal Prancis hadir di kegiatan itu. Ini merupakan serangan pertama dengan bahan peledak dalam beberapa tahun untuk mencoba menyerang orang-orang asing di kerajaan Saudi.

Dalam pernyataannya, ISIS mengatakan bahwa target utama mereka adalah Konsul Jenderal Prancis, yang menghadiri upacara tersebut. Ini sebagai respons atas pernyataan pemerintah Prancis mengenai publikasi kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad.

Dilansir dari Detik.com, Pemerintah Prancis membela hak untuk menerbitkan kartun tersebut, yang dianggap menghujat umat Islam.

Perusahaan Korsel Dituding Bakar Hutan Papua Seluas Seoul, #SavePapua Bergema

Presiden Prancis

Pada 18 Oktober, seorang juru bicara ISIS meminta para pendukung kelompok radikal itu untuk menargetkan orang-orang Barat. Juga jaringan pipa minyak dan infrastruktur ekonomi di Arab Saudi.

Akhir bulan lalu, seorang pria Saudi yang memegang pisau ditangkap setelah menyerang dan melukai seorang penjaga keamanan di konsulat Prancis di Jeddah.

Ketat dan Ribet, Masyarakat Disarankan Tidak Umrah Selama Pandemi Covid-19

Insiden itu terjadi setelah pemenggalan kepala seorang guru bahasa Prancis di dekat Paris oleh seorang pria asal Chechnya. Pelaku mengatakan dia ingin menghukum guru tersebut karena memperlihatkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya saat pelajaran kewarganegaraan.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut guru itu, Samuel Paty, seorang pahlawan, dan dia berjanji untuk melawan "separatisme Islam".

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya