SOLOPOS.COM - Petugas mengecek kondisi panel surya yang terpasang pada atap gedung SMPN 23 Solo, Selasa (21/12/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — SMPN 23 Solo memasang panel surya untuk pembangkit listrik tenaga surya atap di Jl Matoa Raya I, Kecamatan Banjarsari, Solo, sejak Senin (20/12/2021). Panel surya diklaim lebih dari sekadar hemat listrik untuk jangka panjang melainkan juga untuk kelestarian lingkungan.

Kepala SMPN 23 Solo Herni Budiati menjelaskan panel surya itu untuk investasi jangka panjang. Tujuannya supaya sekolahnya tidak hanya mengandalkan energi listrik yang diproses dari batu bara. Sekolahnya bisa memakai potensi sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Penambangan batubara, pengangkutan batubara sampai PLTU batubara transportasinya bisa merusak terumbu karang. Banyak aktivitas lingkungan memprotes. Belum lagi PLTU merubah iklim mikro sekitarnya,” katanya kepada Solopos.com, Selasa (21/12/2021).

Ia menjelaskan sekolahnya menghabiskan biaya listrik Rp1 juta/bulan untuk prabayar dan Rp500.000/bulan pascabayar. Sekolah tidak masalah mengeluarkan biaya tersebut namun kerusakan lingkungan yang harus ditanggung lebih besar.

Baca Juga: Banjarsari Solo Tegas Lur, Warga Kena Sanksi Jika Tak Pilah Sampah

Marketing Manager EnergiHub Dery Marsan menjelaskan SMPN 23 Solo memasang Panel Surya Monocrystalline delapan keping yang bertenaga masing-masing 405 watt-peak. Panel surya tersebut bisa menghemat pengeluaran biaya listrik 60-70 persen.

“Sekolah ini memasang PLTS untuk program Adiwiyata, ada dua topik yang diusung terkait pengelolaan sampah dan energi. Dulu kampanye matiin lampu sekarang pakai saja kan listriknya ada,” jelasnya.

Biaya Instalasi

Ia mengatakan biaya instalasi panel surya atap tersebut bisa mencapai lebih dari Rp30 juta untuk pemakaian 25 tahun namun selama itu bisa menghemat pengeluaran biaya listrik bulanan. Sejumlah sekolah, pabrik, lembaga swadaya masyarakat di Pulau Jawa mulai meminati panel surya atap.

Baca Juga: Pedagang Pasar Notoharjo Solo: Awul-Awul Bermerek Masih Banyak Dicari

“Kebanyakan rumah tangga yang memasang ini yang biaya listriknya di atas Rp1 juta per bulan. Bahkan Rp8 juta/bulan juga ada, rumah di Jakarta, AC nyala terus,” jelasnya.

Berdasarkan riset Jakarta Solar City, Jakarta Baru: Solusi Polusi, Emisi dan Ekonomi dengan PLTS Atap yang dilakukan oleh Tropical Renewable Energy Center (TREC) Universitas Indonesia dan Greenpeace Indonesia, masyarakat yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya kian tertarik memasang pembangkit listrik tenaga surya atap.

Sebanyak 84 % warga DKI ingin memasang panel surya atap dan 16% tidak ingin panel surya atap. Konsultan PLTS Solo, Dewi Pandansari, 55, mengatakan telah memakai microinverter PLTS sejak 2018. Perawatan panel surya cukup dibersihkan dua kali dalam setahun dan produksi listrik dapat dimonitor melalui telepon pintar. (Wahyu Prakoso)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya