SOLOPOS.COM - Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, di sela-sela acara peringatan Hari Pasar Bersih Nasional (HPBN) ke-6 di Pasar Bunder Kabupaten Sragen, Selasa (28/1/2014). (Ika Yuniati/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Lebih dari 9.000 pasar tradisional di Indonesia belum tersentuh program revitalisasi. Bahkan, sejak tiga tahun terakhir, pemerintah baru mampu merevitalisasi sekitar 461 pasar tradisional dari total 9.599 pasar di Indonesia dengan jumlah anggaran Rp1,9 triliun.

Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, dalam jumpa pers acara Hari Pasar Bersih Nasional (HPBN) ke-6 dan Seminar Nasional Pasar Sejahtera, di area Rumah Dinas Bupati Sragen, Selasa (28/1) bersama tujuh kepala daerah pasar sejahtera, perwakil Kementerian Kesehatan, Wilfried Hasijolan Purba, Yayasan danamon Peduli dan Dirut Bank Danamon, Muhadi Rahardjo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bayu mengakui revitalisasi pasar tradisional terlambat. Mengingat, dari triliunan dana yang dianggarkan oleh pemerintah, dalam tiga tahun terakhir pemerintah pusat baru mampu mengkover sekitar 400-an pasar. “Memang ini [revitalisasi pasar], memang terlambat. Sebenarnya dananya juga enggak kecil tapi ternyata capaiannya yang masih sangat terbatas. Sementara, tahun ini kami juga akan merevitalisasi 100-an pasar,,” tegasnya.

Untuk menanggulangi keterlambatan revitalisasi pasar tradisional itu, lanjut Bayu, pemerintah pusat memiliki dua alternatif pendekatan. Pertama, pasar yang selama ini sudah direvitalisasi menggunakan dana APBN diharapkan menjadi pasar percontohan dan menjadi sumber inspirasi pemerintah daerah lain untuk melakukan revitalisasi swadaya dengan anggaran daerah.

Pendekatan kedua ialah membuat peluang anggaran dana revitalisasi yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Mengingat, pengembangan pasar tradisional sangat penting sebagai pondasi perekonomian nasional.

Prinsip Pasar Tradisional

Sementara itu, cara yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengembangkan pasar tradisional agar tidak tersaingin pasar swasta tidak melulu dengan melakukan penekanan jumlah pembangunannya. Lebih dari itu, pasar tradisional, kata Bayu, perlu dikembangkan dengan mengacu pada tujuh prinsip pasar diantaranya bersih, sehat, higienis, tertib ukur dan taat hukum.

“Pasar modern tidak untuk dihindari, tapi bagaimana kita membuat pasar tradisional yang menarik dengan kondisi yang bersih dan higienist agar menarik pembeli,” tandasnya lagi.

Ketua Yayasan Danamon Peduli, Bonaria Siahaan, yang juga hadir dalam jumpa pers, mengatakan bahwa pihaknya memiliki program pasar sejahtera yang merupakan bentuk integral guna mendukung apa saja yang sudah dilakukan oleh pemerintah pusat, salah satunya revitalisasi pasar. Bentuk pendampingan melalui program Pasar Sejahtera itu dianggap sebagai cara paling strategis.

Mengingat, masih ada sekitar 90 persen lebih pasar yang dikelola Pemda dengan usia hampir 25 tahun dan belum tersentuh perbaikan. “Masih banyak pasar yang perlu peremajaan. Kami kembangkan model percontohan yang nyaman dan menarik. Agar tidak tergantung APBD dan APBN saja,” tandasnya.

Pasar Sejahtera yang merupakan bagian dari dari Program Danamon Peduli diluncurkan sejak tahun 2010. Sejak saat itu ada sekitar tujuh pasar yang menjadi pasar percontohan, salah satunya Sragen. “Kalau Danamon sendiri dalam tiga tahun terakhir menganggarkan Rp9 miliar untuk revitalisasi tujuh pasar sejahtera. Kami juga membagikan modul yang isinyakira-kira tentang komponenen apa saja yang ada dalam pasar sejahtera,” ucap Direktur Bank Danamon, Muhadi Rahardjo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya