SOLOPOS.COM - Kawasan Gunung Bromo (JIBI/Solopos/Dok)

Solopos.com, PROBOLINGGO — Berbeda dengan suasana Lebaran di sejumlah daerah di Indonesia yang biasanya terdengar suara takbiran saling sahut menyahut, H-1 Lebaran 2014 di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, tidak sedikit pun terdengar suaran orang takbiran.

Maklum, desa yang terletak di Gunung Bromo dan penduduk aslinya adalah Suku Tengger ini mayoritas beragama Hindu. Meski demikian, bukan berarti tak ada Salat Id di kawasan Gunung Bromo. Inilah yang menjadi bukti toleransi antarumat beragama di sini begitu terasa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kendati mayoritas penduduk sekitar Gunung Bromo tidak merayakan Idul Fitri layaknya umat muslim, atas dasar toleransi beragama, mereka menyediakan sebuah musala. Tempat ibadah tersebut dibangun untuk digunakan oleh pengunjung Gunung Bromo yang hendak melaksanakan salat Id keesokan harinya.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kami siapkan sebuah musala di jalur menuju kawah Bromo. Musala itu khusus bagi umat muslim yang akan melaksanakan salat Id. Kami selalu mempersilakan umat agama lain untuk beribadah di tempat ini,” ujar seorang penduduk asli suku Tengger kepada Bisnis/JIBI, Minggu (27/7/2014).

Menurutnya, pada hari libur Lebaran 2014 kali ini, jumlah pengunjung ke Gunung Bromo cukup banyak. Kebanyakan para pengunjung berasal dari kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan lainnya. Oleh karena itu, guna memberikan rasa nyaman kepada pengunjung yang hendak beribadah sekaligus berwisata di Gunung Bromo, masyarakat asli gunung Bromo yakni suku Tengger menyediakan sebuah musala.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya