SOLOPOS.COM - Segerombolan pengemis silih berganti meminta uang di setiap toko di jl Kapten Mulyadi, Pasarkliwon, Solo, Jumat (8/3/2013). Para pengemis tersebut mengaku mempunyai pendapatan Rp 30.000,- jika sepi dan Rp. 60.000,- jika ramai per orang, perhari keberadaanya sangat menganggu dunia usaha, karena para pemilih toko harus menyediakan uang receh dalam jumlah yang besar setiap hari. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Solopos.com, SOLO—Sekitar dua kali lipat jumlah pengemis, gelandangan dan orang terlantar (PGOT) turun ke jalan selama Lebaran. Mereka menempati wilayah di sekitar perempatan jalan dan beberapa rusa jalan di Kota Solo.

Demikian klaim sejumlah PGOT saa dijumpai Solopos.com di beberapa perempataan di Kota Bengawan pada waktu tidak bersamaan. Seorang pengemis di perempatan Panggung Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Indrayani, 30, mengatakan jumlah PGOT di perempatan Panggung tidak menentu atau tergantung dengan kondisi. Namun, saat Idul Fitri jumlah bertambah banyak hingga dua kali lipat di banding hari biasa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Hari biasa paling ada dua sampai tiga orang pengemis di sini [perempatan Panggung]. Jumlah itu mulai bertambah menjelang Lebaran. Saat Lebaran jumlah pengemis menjadi empat sampai enam orang. Saya melihat, di perempatan atau jalan-ajalan lain juga sama, jumlah [pengemis] bertambah,” kata Indrayani saat dijumpai Espos di perempatan Panggung, Sabtu (26/7/2014) pagi.

Indrayani mengatakan terpaksa mengemis untuk memenuhi kebutuhan keluarga selama Lebaran. Dia ingin membelikan baju baru kepada lima anaknya. Selain itu, dia ingin membeli sejumlah kebutuhan pokok sehari-hari yang semakin hari harganya kian naik selama Lebaran.

“Kan Lebaran saya ingin kasih makan anak sama dengan keluarga lain. Setidaknya saya beli bahan untuk membuat ketupat dan opor. Selain itu Lebaran ini saya ingin membeli baju baru untuk mereka. Saya lebih baik mengemis seperti ini dari pada harus mencuri. Untuk bekerja, saya juga belum punya modal dan ketrampilan,” ujar Indrayani.

Pengemis lain di Perempatan Girimulyo, Kelurahan Sumber, Banjarsari, yang enggan disebutkan namanya itu, mengatakan sebagian besar dari PGOT mulai turun ke jalan pada dini hari dan sore hari. Saat siang hari mereka tidak berani lantaran petugas perlindungan masyarakat (linmas) Kota mulai berjaga di sejumlah pertigaan dan perempatan jalan. Selain itu, pada waktu tersebut mereka juga menghindari operasi petugas satuan kepolisian pamong praja (Satpol PP).

“Selama Lebaran jumlah pengemis meningkat menjadi sekitar delapan orang. Jumlah itu termasuk anak-anak yang kami bawa. Sekitar dua kali lipat. Kami semua harus menghindari kejaran linmas dan satpol PP. Biasanya linmas mulai berjaga pukul 08.00 WIB. Jadi, kami mulai ke jalan sekitar pukul 04.00 WIB sampai 08.00 WIB itu. Selain itu, kami mulai turun jalan lagi saat sore. Kami menunggu linmas selesai berjaga,” kata perempuan yang membawa dua anaknya mengemis itu saat berbincang dengan Solopos.com Kamis (31/7) pukul 07.00 WIB.

Saat dimintai konfirmasi, Komandan Regu Linmas di perempatan Pangung Jebres, Agung Wahyudi, membenarkan terjadi peningkatan jumlah PGTO selama Ramadan hingga Lebaran kali ini. Petugas linmas memantau aktivitas PGOT di Solo hanya pada waktu tugas.

“Petugas linmas dan satpol PP tidak pernah libur. Kami juga tidak libur saat Lebaran. Namun, aktivitas PGOT memang susah diatur. PGOT datang ke jalan pada saat dini hari dan sore hari. Waktu tersebut di luar jangkauan kami. Untuk menangani PGOT di waktu itu, petugas linmas atau Satpol PP tetap berpatroli mengontrol mereka agar tidak sampai mengganggu arus lalu lintas,” kata Agung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya