SOLOPOS.COM - Puluhan remaja berkumpul di sekitar bus yang dicarter pemudik dari Jakarta di musala Dusun Ngrakung, Desa Tawangharjo, Giriwoyo, Sabtu (9/6/2013). (Tika Sekar Arum/JIBI/Solopos)

 Puluhan remaja berkumpul di sekitar bus yang dicarter pemudik dari Jakarta di musala Dusun Ngrakung, Desa Tawangharjo, Giriwoyo, Sabtu (9/6/2013). (Tika Sekar Arum/JIBI/Solopos)


Puluhan remaja berkumpul di sekitar bus yang dicarter pemudik dari Jakarta di musala Dusun Ngrakung, Desa Tawangharjo, Giriwoyo, Sabtu (9/6/2013). (Tika Sekar Arum/JIBI/Solopos)

Tak seperti biasa, bus pariwisata berkelas hampir sepekan ini diparkir di halaman sebuah musala Dusun Ngrakung, Desa Tawangharjo, Kecamatan Giriwoyo, lebih dari 60 kilometer (km) atau sekiar dua jam perjalaman dari pusat kota Wonogiri.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pada Sabtu (9/8/2013), puluhan anak muda berkerumum di sekitar bus. Mereka menenteng tak kecil dan beberapa di antaranya membawa kamera. Pagi itu mereka hendak berwisata ke Pantai Baron, Giriwoyo.

Sopir bus, Tirto, 35, mengatakan Sabtu pagi itu dia bersama dua kru bus lain mengantarkan anak-anak muda Dusun Ngrakung untuk mengisi libur Lebaran dengan berwisata ke Jogja. Bukan hari itu saya, Tirto membawa bus yang dikemudikannya ke dusun kecil di Kecamatan Giriwoyo tersebut. Tepatnya, Tirto sudah berada di Giriwoyo sejak Senin (5/8/2013).

“Sudah di sini sejak Senin kok. Ya buat mengantar pemudik. Semuanya pemudik asli sini,” tutur Tirto, saat berbincang dengan Solopos.com, di lokasi setempat, Sabtu.

Tirto yang merupakan warga Sumedang, mengaku sudah tiga tahun ini melayani rombongan mudik warga Dusun Ngrakung. Dia membawa bus ke dusun tersebut dari Jakarta. Lalu selama beberapa hari, jika tidak ada kontrak dengan penyewa lain, dia dan dua kru bus lain akan bertahan di dusun itu. Mudik dengan mencarter bus adalah gagasan Paguyuban Remaja Mandiri, yaitu paguyuban para perantau warga Dusun Ngrakung, Tawangharjo. Jumlah anggota paguyuban ini terdiri atas puluhan orang dan semuanya bekerja di Jakarta, terutama Jakarta Selatan.

Piknik

Ketua Paguyuban Remaja Mandiri, Isitiadi, 43, menceritakan gagasan mudik bersama dengan menyewa bisa sudah terlaksanakan sejak 10 tahun lalu. Sejak saat itu, setiap memasuki masa mudik Lebaran, paguyuban selalu menyewa bus. “Bisa satu unit, bisa dua unit. Tahun ini satu unit. Sebenarnya peminatnya banyak tapi tidak cukup untuk dua unit. Jadi tahun ini satu unit saja. Yang daftar terakhir terpaksa tidak tertampung,” kisah Istiadi.

Untuk menyewa sebuah bus pariwisata, rombongan pemudik satu dusun tersebut harus merogoh kocek Rp550.000 per orang. Jumlah nilai yang diakui cukup ringan jika dibandingkan dengan kerepotan yang harus dialami jika menggunakan bus reguler atau memakai kendaraan pribadi untuk mudik.

Selain itu, paguyuban ini biasanya tidak pulang kampung dengan tangan hampa. Di Jakarta, paguyuban tersebut sering mengadakan acara yang ujung-ujungnya menggalang dana untuk kemajuan desa. Sesekali mereka memberi sumbangan untuk perbaikan infrastruktur desa dan acara-acara di desa, termasuk kegiatan halal bihalal.

Kegiatan wisata remaja Dusun Ngrakung, Sabtu, juga terlaksana atas campur tangan paguyuban tersebut. Koordinator piknik bersama, yang juga pemudik, Ewin, 24, mengatakan bus yang disewa pemudik sengaja “dipinjamkan” kepada para remaja, baik keluarga pemudik maupun bukan, untuk wisata. Menurutnya, mumpung busnya menganggur, bus dimanfaatkan untuk menggembirakan warga. Setiap peserta piknik dengan bus pemudik ini hanya diminta membayar iuran Rp30.000 untuk membeli makanan dan memberi uang lelah untuk sopir dan kru bus.

“Karena misi kami untuk menggembirakan warga dusun sendiri, ya iurannya secukupnya saja. Nyatanya banyak sekali yang berminat,” ungkap dia.

Betapa pun jauhnya jarak, rupanya tidak bisa menghapuskan rasa kedekatan dengan kampung halaman. Terbukti, meski bekerja dan tinggal di kota besar, tidak membuat para pemudik Dusun Ngrakung ini melupakan kampung halaman. Kedekatan pada desa memunculkan rasa kekeluargaan yang pada akhirnya menjadikan mereka bersatu padu, sampai bisa memboyong sebuah bus pariwisata selama sepekan di kampung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya