SOLOPOS.COM - kegiatan penyumbangan darah. (JIBI/Solopos/Dok)

Layanan kesehatan Boyolali, rumah sakit di Boyolali diminta membuka pelayanan bank darah.

Solopos.com, BOYOLALI–Rumah sakit di Boyolali didorong untuk mampu membuka pelayanan bank darah rumah sakit (BDRS).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari 10 rumah sakit negeri dan swasta yang ada di Boyolali, baru satu rumah sakit yakni RSUD Pandanarang yang sudah memiliki BDRS. “Yang lainnya belum. Padahal BDRS ini sangat penting agar pasien bisa mendapatkan pelayanan darah yang aman, baik, dan cepat,” kata Kabid Kepala Bidang  (Kabid) Pengendalian Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinkes Boyolali, Achmad Muzayyin, Sabtu (23/4/2016).

Selama ini, keluarga pasien dan rumah sakit harus datang sendiri ke Kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Boyolali untuk mengambil darah. Bahkan ada beberapa kasus yang harus merujuk pemesanan darah ke PMI Solo, Semarang, dan Jogja. Kondisi ini mengakibatkan banyak waktu yang hilang dan semestinya bisa dikurangi jika rumah sakit sudah memiliki BDRS.

Untuk pasien rumah sakit yang ada di wilayah Boyolali utara, kondisi ini dinilai sangat merugikan. “Misalnya, dari RS Asyifa Sambi. Perjalanan dari Sambi ke Kantor PMI Boyolali sudah memakan waktu lebih dari satu jam untuk perjalanan pulang pergi. Kemudian, masih butuh waktu lagi sekitar 1 jam untuk uji cocok serasi golongan darah di PMI,” papar Ketua Persatuan Ahli Teknologi Medik Laboratorium Indonesia [Patelki] Boyolali, Suryanti.

Suryanti berharap dengan adanya BDRS di setiap rumah sakit bisa mengurangi dampak fatal keterlambatan darah pada kasus-kasus khusus, seperti ibu melahirkan, penyakit demam berdarah, atau kasus yang butuh penanganan segera. Kasus fatal karena keterlambatan darah, kata dia, juga pernah terjadi di Boyolali.

Kebanyakan rumah sakit di Boyolali belum memiliki BDRS karena kendala sarana dan prasarana. Harga satu unit alat penyimpanan darah bisa mencapai nilai Rp300-an juta. “Darah itu harus disimpan secara khusus karena umur darah hanya 35 hari. Disimpan pada tempat dengan suhu maksimal 8 derajat celsius,” tambah Muzayyin. Sumber daya manusia (SDM) terlatih untuk bidang darah di Boyolali juga belum banyak.

Untuk mengawali terbentuknya BDRS di rumah sakit, Dinkes Boyolali bekerja sama dengan Persatuan Ahli Teknologi Medik Laboratorium Indonesia [Patelki] dan Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Boyolali menyelenggarakan pelatihan pengolahan darah di Kantor PMI Boyolali, Jumat-Sabtu (22-23/4/2016). Sebanyak seratus orang analis laboratorium terlibat dalam pelatihan tersebut.

Muzayyin optimistis rumah sakit di Boyolali segera merintis terbentuknya BDRS karena BDRS adalah bagian dari akreditasi. “Dengan sendirinya rumah sakit akan terdorong menyediakan fasilitas BDRS. Rumah sakit yang akan membentuk BDRS dalam waktu dekat adalah Asyifa Sambi.”

Dia menyebut kebutuhan darah di Boyolali rata-rata mencapai 900 hingga 1.000 kantong darah per bulan. “Khusus untuk RSUD Pandanarang yang sudah memiliki BDRS adalah 400-500 kantong darah per bulan.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya